Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Narasi dan Tuannya

29 September 2020   13:00 Diperbarui: 29 September 2020   13:27 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sudut istana. Aksara-aksara indah membingkai kata tanpa cinta. Bukan pedang namun menyayat hati. Bukan panah namun tajam menusuk batin.  

Tuan besar tertawa senang. Kagum dengan luka dan lara. Tersenyum memandang hujan air mata menyirami rumput kering. Aku menang!

Hamba-hamba tak berdaya diam seribu bahasa. Mata indah kehabisan air mata. Tak ada pedang untuk melawan. Hanya narasi lirih kepada hati. Tenanglah duhai jiwaku. 

Tiada panah untuk membalas. Hanya narasi suci kepada Sang Khalik. Asa kepada kesembuhan luka, ketenangan jiwa dan pengampunan kepada sang tuan. 

Narasi, kembalilah pada tuanmu. Kisahkan kepadanya tentang insan yang lara tersayat pedang dan luka yang membekas. 

Pilihkan diksi yang indah lalu bisikkan narasi lembut pada tuanmu: "Tuanku, roda dunia terus berputar."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun