Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Ketiga dalam Dilema Cinta di Bibir Pantai Kumu

4 Juni 2020   00:18 Diperbarui: 4 Juni 2020   00:20 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
|picture from pixabay.com|  

Setelah dipersilahkan duduk oleh yang empunya rumah, Pak Omni menyampaikan maksud kedatangannya. 

"Saya ingin menyampaikan sesuatu kepada Krus," ungkap Pak Omni dengan suara berwibawanya.

Krus yang sebelumnya tertunduk, sontak mengangkat mukanya. Sorot matanya menatap Pak Omni dengan sorotan penuh asa berpadu penasaran.

"Saya telah membaca surat permohonan maaf Krus, dan telah membaca ide Krus yang menurut saya cemerlang. Saya telah menyetujui ide tersebut. Jadi kami akan membangun hotel tempat rekreasi tanpa mengganggu hutan bakau di tempat ini. Hutan bakau akan kita tata menjadi bagian dari wisata ekologis, bahkan akan kita tambah populasinya. Limbah hotel akan diolah dengan sistem yang paling canggih. Rumah warga akan ditata dan diganti dengan rumah yang lebih layak dengan ciri khas tersendiri. Dermaga kecil untuk perahu nelayan akan disiapkan. Warga akan kami libatkan dalam pembangunan hotel. Sebagiannya diangkat sebagai pegawai hotel. Pokoknya sama dengan ide yang disampaikan Krus," papar Pak Omni dengan meyakinkan.

Mendengar penjelasan Pak Omni, membuat Krus sumringah. Segala perjuangan untuk desanya tercinta bahkan untuk masa depan keluarga dan keberlanjutan alam pesisir Pantai Kumu boleh membuahkan hasil.

"Oh ya, ide Krus ini telah saya bahas dengan Nia, manajer lingkungan di perusahaan saya," ucap Pak Omni sambil tersenyum. 

"Maafkan saya, telah melarang Krus dan Nia berpacaran," tutur Pak Omni sambil mengarahkan pandangan ke pintu rumah.

Selang sepersekian detik, Nia yang telah bersiap di depan pintu, masuk ke dalam rumah. Usai memberi salam kepada orang tua Krus, Nia mendekati Krus sambil mengulurkan tangan tuk memberi salam. Krus menyambut uluran tangan Nia. Keduanya bertatapan tanpa suara, tanpa sepatah kata. Yang ada hanya senyum haru. 

Lalu, tanpa komando keduanya saling berpelukan. Ruang dan waktu akhirnya tetap ada untuk cinta mereka dan cinta untuk Pantai Kumu.

Nia dan Krus sepertinya memang berjodoh dari nama mereka. Avicennia adalah nama jenis bakau. Sedangkan Krustas, adalah nama yang diberikan ayah Krus yang diambil dari nama Crustacea, sebutan ilmiah untuk kelompok binatang air berkulit keras seperti kepiting. 

Di alam, bakau dan kepiting tak bisa dipisahkan dan saling tergantung. Bakau memanfaatkan hasil metabolisme kepiting, sedangkan kepiting tergantung pada akar bakau untuk tempat berlindung dan berkembang biak. Sebuah simbiosis mutualisme di ekosistem littoral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun