Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Lelaki Berkalung Sunyi

5 Juli 2022   20:05 Diperbarui: 5 Juli 2022   20:09 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tak ada seorang pun kawan, tak ada canda-canda lagi, semua akan mati. Bersabarlah."

Begitu bunyi pesan yang baru dia kirimkan kepada kekasih hatinya selama sewindu ini. Lelaki berkalung sunyi begitu dia menyebutnya. Lelaki pencemburu itu telah dipacarinya semenjak pertama kali membuat akun facebook.

Tak seperti sepasang kekasih yang lainnya, yang hampir setiap waktu berkabar. Mereka hanya sesekali berbagi cerita, bukan karena tidak ada waktu. Namun, jika saja obrolan mereka melebihi waktu biasanya pasti ada sesuatu yang terjadi. Ya, waktu sepuluh menit sudah lebih cukup untuk bisa menghasilkan kedekatan hingga bertahun-tahun lamanya.

Malam-malam panjang lebih mereka sukai dalam sunyi. Sebenarnya dia tidak begitu. Nina adalah perempuan yang periang, penuh semangat, dan sangat mempesona ditilik dari wajahnya. Lain lagi bagi Saga, kehidupan yang berat dan kesulitan bahasa Indo membuatnya lebih suka bermain-main dengan sunyi dan kata-kata berima sebagaimana bahasa sehari-harinya, bahasa Melayu. Petikan gitar dan puisi lebih menarik baginya untuk meluahkan segala rasa. Dari sekedar bualan-bualan manja dan menggoda di dinding beranda facebook.

Pertemanan yang lambat laun tanpa menemui titik terang, sama sekali tak membuat mereka saling menjauh. Tak pernah sekalipun Nina ingin mencari kekasih lagi, begitu pula dengan sang kekasih tak pernah memintanya untuk bertahan.  Nyaris tak terhitung berapa kali godaan cinta lain berbagai warna memasuki bilik hati. Namun, selalu dimenangkan oleh cinta mereka.

***
Lelaki berkalung sunyi itu masih saja duduk di beranda kayu rumahnya. Sementara notife menumpuk di ponsel ia abaikan begitu saja. Bahkan saat satu persatu air mata jatuh di pipi sang kekasih, ia masih bisa tersenyum dengan tenang. Sama sekali tak merasa takut jika bersamaan dengan itu mengeringlah air mata Nina dan suara lolong anjing siap  memangsa segenggam hati yang sampai detik ini masih bertulis namanya. Saga.

Nina adalah perempuan yang mengikat keegoisan di lehernya sendiri. Sangat erat nyaris mencekik  selama bertahun-tahun. Ia hanyalah perempuan yang mencoba memahami keindahan sunyi lebih dari sebuah kebersamaan. Sementara pesta dan kawan-kawan yang mengenalkan uforia, pada akhirnya menenggelamkan hingga ke muara prostitusi. Dunia gemerlap yang mengantarkannya ke terali besi, sendiri, pengap, dan sunyi. Lebih sunyi dari hatinya saat ini.

***
Lelaki berkalung sunyi, sebenarnya tidak benar-benar sunyi. Sejatinya pernah ada yang mengisi hari-hari dan masa remajanya. Sebutlah dia Dila. Dila anak perawan kembang desa di kampungnya itu, terpaksa ia tinggalkan. Bukan karena sudah tidak adanya lagi cinta, melainkan karena uang mahar yang tidak bisa dipernuhi oleh seorang buruh kayu biasa sepertinya.

Dengan mata dan kepala sendiri, dia melihat Dila menjadi pengantin dari putra tunggal bos kayu tempatnya bekerja. Semenjak saat itu Saga menutup pintu hati rapat-rapat. Baginya perempuan hanyalah sebuah metafor daripada materi.

Tut ... Tut ... Saga kembali mengarahkan pandangan pada layar gawai yang bertuliskan Nina. Entah sudah berapa kali ponselnya berdering.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun