Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Penyair dan Sajak-sajak Kematian

16 Oktober 2021   01:36 Diperbarui: 16 Oktober 2021   22:32 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi penyair. (sumber: unsplash.com/@raduflorin)

Tak nampak sedikitpun lelah di wajahnya, meskipun dapat kulihat kedua lipatan lengannya membanjir oleh keringat. "Ah, aku muak dengan perempuannya itu," pikirnya secara tiba-tiba. 

Katanya perempuan itu adalah anak orang kaya dan terpandang di kampung ini. Entah bagaimana awalnya sampai perempuan itu mencintai sang penyair, dan siapa sih yang tak tergoda jika setiap malam perempuan itu membawakannya kue putu dan secangkir teh panas. 

Sungguh tak menjadi masalah dengan segala keenakkan yang akan mereka peroleh setiap harinya. Semua menyetujui hubungan mereka, kecuali aku.

Hanya aku yang sejak awal perkenalan sudah melihat kejanggalan. Ia tak pernah lagi berteman denganku, bahkan untuk sekedar merangkai kisah imajiner saja.

"Huufff, kau keterlaluan." 

"Apanya ... santailah."

Selalu seperti itu yang dikatakannya. Memintaku untuk santai, suatu saat pasti bersama, selalu begitu yang diungkapkannya ketika protes-protes kulayangkan dengan lembut. 

Dulu, setiap aku merajuk, ia selalu membuatkan sajak-sajak pendek sebait barang dua bait. Tapi sekarang satu kata pun tidak. 

Hingga malam ini, pertengkaran tak terelakkan. Aku yang benar-benar muak dengan segala kesibukan tak dapat lagi membendung kata-kata. 

"Mana janjimu mau menikahiku dengan seperangkat puisi dan cinta," teriakku.

"Sudah kemarin lalu, sekarang tidak lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun