Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melepas Kereta Terakhir

29 September 2021   03:33 Diperbarui: 29 September 2021   03:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kereta terakhir | Foto oleh Mark Plötz dari Pexels

Melepas Kereta Terakhir 

Perlahan satu rangkaian gerbong kereta kulepas perlahan. Setelah sekian lama rute perjalanan jauhmu singgah di stasiun tua yang kujaga. Rupa yang elok serta pola pikir yang terus membara dalam kata, membuat perjalanan menjadi istimewa. Kurelakan jiwa untukmu, tetapi tidak jasadku. "Aku terlalu tua untuk perjalanan jauh."

Sampai akhirnya dia yang menggenggam perjalananmu, perempuan ayu berwajah fajar. Kulihat sepasang jemari lentiknya berayun kepadaku. Menanda kepergianmu telah tiba, menuju mimpi pemberhentian di stasiun tugu. Jemput rindu-rindu yang baru.

Pagiku bisu, tak lagi terdengar tiupan peluit keberangkatan di stasiun tua ini. "Tanganku terlalu tua untuk memberikan pelukan perpisahan, Kekasih."

Cukuplah stasiun tua ini ada, sebagai bagian dari perjalanan kereta-kereta yang lainnya. Usah singgahi lagi, karena bangku penantian ini terlalu rapuh diduduki rindu yang berat. Hanya namamu yang tertulis sampai aku roboh dengan sendirinya. Dan tiba waktuku pulang. 

Surabaya, 29 September 2021

03.25

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun