Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandal Penghalang Jodoh

28 Februari 2023   16:21 Diperbarui: 28 Februari 2023   16:35 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Koleksi Megawati Sorek

Suara azan Magrib berkumandang. Senja yang mendung, langit dihiasi awan kelam bertanda akan turunnya hujan. Benar saja ketika aku menyambar kain sarung dan kopiah dengan cepat gerimis telah turun. Langkah tergesa-gesa aku menuju masjid untuk berjamaah, Masjid hanya berada sekitar tujuh deret rumah dari rumahku.

Biasanya aku jarang bahkan tak pernah ikut berjamaah di masjid. Namun, kali ini berbeda. Beberapa hari ini, tepatnya sudah seminggu rumah ibadah itu telah banyak jemaahnya. Terutama para pemuda sepertiku. Bukan tanpa sebab. Hal itu dikarenakan seseorang.

Seseorang itu adalah anaknya Pak Ustad Saleh yang biasanya menjadi imam masjid. Aisyah namanya, ia baru saja pulang ke desa ini setelah menyelesaikan kuliahnya di luar kota. Gadis cantik berhijab itu bagai magnet. Rumahnya bersebelahan dengan masjid. Hal yang merupakan sangat dinantikan oleh para pemuda bisa berpapasan.  Maka hanya dengan ikut berjamaahlah para pemuda bisa memandang perempuan manis itu walau sambil diam-diam.

Seperti kali ini, saat aku tiba. Pada pintu samping masjid bagian belakang. Aku sempat melihat Aisyah bersama ibunya sedang melepaskan sandal. Sayangnya ketika aku melihatnya ia sedang tertunduk. Gagallah rencanaku mau tebar pesona, atau menunjukkan inilah aku pemuda yang rajin ke masjidnya. Maksudnya begitu!

Selesai salat dan berdoa para Jemaah bubar. Tidak denganku, bukankah sebentar lagi akan Isya, nanggung. Selain hujan yang semakin deras, aku tetap bertahan, karena alasan lain. Sama seperti beberapa anak perempuan, mak-mak maupun nenek-nenek yang di balik tirai belakangku. Aisyah mengajari mereka mengaji.

Pak Ustad Saleh dan aku mengobrol ringan. Pembicaraan banyak didominasi olehku. Aku bertanya ia menjawab sesuai dalil-dalilnya. Ada beberapa hal juga yang aku debat. Bagaimanapun aku juga harus menunjukkan kepintaran agar beliau terkesan. Aku memang memiliki pandangan bahwa jika ingin anaknya tentunya aku harus mendekati bapaknya.

Pak Haji Saleh tersenyum dan mengangguk-angguk. Mungkin setuju dengan hal yang kuutarakan dengan sangat yakin. Padahal materi ilmu baru kubaca semalam di Google. Aku bersorak dalam hati, kesan pemuda berwawasan dan cerdas sudah kupegang.

Selanjutnya kami meneruskan Salat Isya. Hujan pun telah reda, kami semua bersiap akan pulang. Aku berdiri di pelataran masjid bersama Ustad Saleh. Ia menunggu anak dan istrinya. Dari arah samping menuju ke depan gerbang, tampak wanita yang selalu hadir di dalam mimpiku itu mengandeng tangan ibunya.

"Ayok, Pak," sapa Aisyah pada kami.

Aku tersenyum serta izin pamit dan akan memakai sandal. Sandalku basah, karena tadi lupa menaruh ke atas teras. Beberapa saat aku celingukan dan untung saja di sudut dinding ada sandal jepit yang mirip dan tentunya kering. Aku kembali melepas sandalku. Aku menuju tempat sandal tersebut dan mengambilnya, selain kering sandal jepitnya masih baru. Ustad Saleh dan keluarganya memperhatikanku. Aku tetap memasang wajah ramah, senyum tak pernah lepas. 

"Mari, duluan, Asalamualikum." Kembali aku menunduk takzim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun