Mohon tunggu...
Mega Mei
Mega Mei Mohon Tunggu... Lainnya - Citizen Journalist

Behtar Hoga Kal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapan New Normal Berakhir?

1 Juli 2020   19:39 Diperbarui: 1 Juli 2020   19:37 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hampir tiga bulan sejak kasus Corona Virus Disease-19 (COVID-19) pertama muncul, kini Indonesia sudah mulai melakukan aktivitas perekonomian. Pusat perbelajaan sudah mulai beroperasi dan kantor-kantor juga mulai melakukan kegiatan seperti biasa dengan mengikuti anjuran protokol kesehatan yang berlaku.

Meskipun kasus penyebaran virus ini tak kunjung menurun dengan pesat setiap harinya, pemerintah berusaha untuk kembali menghidupkan perekonomian negara. 

Penyebaran virus memang dapat dikatakan sangat cepat, namun jika negara hanya berdiam diri dan tak melakukan apapun maka dalam beberapa waktu akan banyak terjadi pengangguran, kemiskinan, bahkan kriminal yang akan membuat negara kolaps.

Setelah ketidakpastian di masa pandemi, pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk melakukan aktivitas yang hampir-normal dengan batasan-batasan tertentu untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19. 

Kebijakan ini disebut dengan 'new normal' atau normal baru. Namun, pemilihan diksi untuk kebijakan baru ini menjadi perdebatan di beberapa kalangan lantaran mereka tidak ingin new-normal ini menjadi sebuah kebiasaan.

Mereka lebih suka jika pada masa ini disebut sebagai kebijakan transisi menuju normal. Pemilihan kata transisi menandakan jika masa ini hanyalah masa peralihan dari pandemi menuju normal yang artinya seluruh lapisan masyarakat akan menjalani aktivitas normal seperti biasanya setelah pandemi berakhir,

Meskipun kebijakan new-normal ini dianggap lebih baik dari adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang melarang masyarakat untuk melakukan aktivitas di area publik, tetap saja adanya batasan-batasan tertentu membuat seseorang sulit berinteraksi. 

Mungkin saja interaksi bisa dilakukan dengan cara lain, baik dalam jaringan atau virtual. Namun se-efektif apa? Seperti yang sudah dirasakan, meski cukup membantu nyatanya pertemuan secara online atau virtual tidak lebih efektif dibanding bertemu secara langsung atau tatap muka.

Dalam dunia kerja, banyak orang kehilangan pekerjaan ketika virus COVID-19 mulai diisukan menyerang beberapa warga. Seluruh pusat perbelanjaan dan tempat-tempat umum diharuskan untuk tutup sementara waktu sehingga pengurangan karyawan harus dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi selama perusahaan tidak menerima pemasukan. Adanya pengurangan karyawan ini membuat beberapa orang merasa kesulitan karena tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Beruntung saat ini kegiatan perekonomian dan perkantoran sudah dapat dibuka meski masih dalam tahap awal. Namun tak jarang orang yang merasa risih jika mereka harus menjaga jarak minimal 1 km dengan orang lain, memakai masker kemana pun, dan menggunakan pelindung wajah. 

Perusahaan juga harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli alat-alat kesehatan bahkan setelah beberapa waktu mereka menutup perusahaan demi mengikuti anjuran protokol kesehatan yang berlaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun