Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Cancel Culture di Indonesia, Budaya Baru atau Bentuk Persekusi Sosial?

11 Maret 2025   10:30 Diperbarui: 11 Maret 2025   09:36 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cancel Culture - Sumber Gambar: istockphoto.com

Fenomena cancel culture telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari era digital saat ini. Berawal dari media sosial yang memberikan ruang bagi kebebasan berekspresi, budaya ini kemudian berkembang menjadi alat penghukuman publik terhadap individu atau kelompok yang dianggap melakukan kesalahan moral, sosial, atau politik.

Banyak orang yang menyambutnya sebagai bentuk akuntabilitas sosial, namun tidak sedikit pula yang melihatnya sebagai persekusi tanpa proses yang jelas.

Indonesia, sebagai negara dengan masyarakat yang aktif di media sosial, tidak luput dari fenomena ini. Cancel culture telah merambah berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik, hiburan, hingga kehidupan sosial sehari-hari.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kasus yang memperlihatkan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dapat dengan cepat 'dibatalkan' oleh publik.

Sebuah pernyataan yang dianggap kontroversial, tindakan yang dinilai tidak sesuai norma, atau bahkan kesalahan di masa lalu dapat menjadi pemicu gelombang kemarahan warganet.

Akibatnya, individu yang terkena cancel culture sering kali kehilangan reputasi, pekerjaan, dan bahkan mengalami tekanan psikologis yang luar biasa.

Ini memunculkan pertanyaan, apakah cancel culture benar-benar membawa keadilan atau justru menciptakan ketakutan di tengah masyarakat?

Indonesia memiliki karakteristik budaya yang berbeda dengan negara-negara Barat, tempat cancel culture pertama kali berkembang. Di Indonesia, nilai-nilai seperti gotong royong dan saling memaafkan masih dijunjung tinggi.

Namun, di era digital, masyarakat cenderung lebih reaktif dan cepat bereaksi terhadap isu-isu yang dianggap sensitif. Ini diperparah dengan budaya konsumsi informasi yang cepat dan sering kali tanpa verifikasi yang memadai. Akibatnya, cancel culture di Indonesia memiliki dinamika tersendiri yang perlu dipahami lebih dalam.

Salah satu tantangan utama dalam cancel culture adalah batas antara kritik yang konstruktif dan serangan yang destruktif. Dalam banyak kasus, individu yang terkena cancel culture tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan atau memperbaiki kesalahan mereka. Ini menyebabkan cancel culture lebih menyerupai persekusi sosial dibandingkan dengan upaya menciptakan perubahan yang lebih baik.

Di sisi lain, ada pula kasus di mana cancel culture dianggap sebagai alat yang efektif untuk menuntut pertanggungjawaban dari mereka yang memiliki kekuasaan atau pengaruh besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun