Dalam dekade terakhir, intensitas hujan ekstrem di kawasan perkotaan Indonesia meningkat secara signifikan, menyebabkan banjir berulang dengan dampak yang luas.
Fenomena ini menyoroti ketidaksiapan infrastruktur drainase dalam menghadapi tantangan hidrometeorologi yang semakin kompleks.
Problematika ini tidak hanya berakar pada kapasitas sistem drainase yang terbatas, tetapi juga pada perencanaan tata ruang yang belum optimal dalam mengakomodasi prinsip-prinsip keberlanjutan dan mitigasi bencana.
Artikel ini mengkaji hubungan antara perencanaan tata ruang, infrastruktur drainase, serta dampak perubahan iklim dalam meningkatkan risiko banjir di wilayah perkotaan.
Selain itu, artikel ini akan mengeksplorasi solusi berbasis teknologi dan kebijakan yang dapat mengurangi kerentanan kota terhadap fenomena hidrometeorologi ekstrem.
Paradoks Perencanaan Tata Ruang Kota dan Sistem DrainaseÂ
Dalam teori perencanaan kota berbasis ekologi, kapasitas drainase idealnya dikembangkan selaras dengan aspek hidrologis kawasan. Namun, realitas di Indonesia menunjukkan kecenderungan urbanisasi yang tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan.
Transformasi lahan hijau menjadi kawasan terbangun mengurangi kapasitas infiltrasi tanah, sehingga limpasan air hujan meningkat drastis. Akibatnya, sistem drainase yang awalnya dirancang untuk menampung debit tertentu mengalami overkapasitas dalam waktu singkat.
Selain itu, banyak sistem drainase masih bersifat statis dan tidak mengalami modernisasi yang adaptif terhadap pola hujan ekstrem. Infrastruktur drainase yang dibangun puluhan tahun lalu cenderung mengandalkan metode konvensional yang berorientasi pada pembuangan cepat tanpa mempertimbangkan pendekatan berbasis ekosistem.
Kurangnya integrasi antara kebijakan tata ruang dan sistem drainase semakin memperburuk efektivitas pengelolaan air perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk dan ekspansi wilayah perkotaan tanpa perencanaan berbasis data ilmiah semakin memperburuk kondisi ini, menciptakan siklus permasalahan drainase yang semakin sulit diatasi.