Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemilu Luar Negeri: Nyoblos Via Pos dan Strategi Memilih Caleg

19 April 2019   10:49 Diperbarui: 19 April 2019   12:35 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kertas Suara dan Kelengkapannya/Dokpri

Akhirnya di suatu hari di bulan April, setelah merasa ingin membuka lagi surat suara tebal yang mangkrak beberapa hari itu, dalam keheningan malam yang sunyi sepi sendiri, saya pun melihat lagi nama-nama yang tertulis dengan rapi beserta partai-partai yang mengikuti Pemilu kali ini. 

Tentunya sebelum memilih perorangan, kita bisa menentukan partai yang menurut kita punya rekor terbaik (kalau ada). Idealnya sih begitu. Tapi bisa jadi strateginya adalah memilih partai yang punya at least satu nama yang familiar: artis, tokoh, saudara sendiri? Atau partai dengan sederet nama dengan full gelar? Ada lho, kalau diperhatikan, partai yang semua calegnya memasang gelar pendidikan.

Atau mungkin partai yang punya sederet nama gaul, keren, milenial, dan nggak jadul? Atau bahkan partai yang nama dan foto calegnya dilihat terakhir tercetak di "nasi bungkus" sebelum ke TPS? Eits... ngga ada lahh (ya ngga sih). Tapi saya sangat berbahagia sekali kalau ada yang bawa nasi Padang dan saya bisa beli. Beli lho ya. Hihihi 

Jadi, ingatan dan indra mata kita berusaha menganalisis semua nama dan partainya itu di detik-detik krusial di bilik TPS (saya, di atas bantal). Semua strategi dikerahkan untuk mencari caleg TERBAIK melalui analisis "terfamiliar", "terpanjang gelarnya", "tergaul namanya" ataupun "teringat nasbung, eh kampanyenya".

Ini  menunjukkan bahwa untuk memilih seorang wakil rakyat lewat lembar kertas sebesar poster ini bisa jadi sangat random dan absurd. Apalagi yg memilih di TPS dengan waktu dan tempat yang terbatas dengan kertas suara yang begitu banyak.

Tidak heran jika banyak yang mungkin memilih untuk tidak mencoblos surat suara legislatif, atau memilih hanya dengan menggunakan ilmu bonda-bandi, teori absurdity, dan ingatan random semata. Bahkan mungkin ada juga yang mikir mau ngga nyoblos, tapi mubadzir sudah dapat surat suara yang melipatnya saja butuh dana besar, ribuan orang dikerahkan.   

Jadi sebenarnya singkat saja, JIKA merasa ingin menggunakan hak suaranya, strategi yang mungkin terbaik untuk pencoblosan via pos (yang sama sekali ngga pernah tahu kampanye nya) adalah sampling satu sampai tiga nama dari partai yang dikehendaki, cek singkat profil mereka di internet (lihat background pengalaman dan track record nya), diiringi doa dan niat baik, cap cip cup, coblos! Dah, selesai. Kumpulkan.

Mutiara Me

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun