Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-Hati terhadap Respon Positif yang Negatif!

5 Mei 2014   03:09 Diperbarui: 15 Mei 2016   15:37 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: deviantart dot com)

positif + positif = positif

positif + positif ³ (pangkat 3) = ?

Sepertinya selama ini aku ngga pernah ketemu orang yang begitu mudah membuatku sebal seperti ini.

Apa yang membuatku sebal sama dia juga ngga bisa diungkapkan dengan suatu kata sifat. Memang bahasa tidak cukup lengkap untuk menggambarkan segala perasaan, peristiwa dan hal-hal dalam hidup ini, oleh karena itu kosakata bahasa terus berkembang dan bertambah untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi.

Dia adalah pegawai baru di departemenku, atau aku bisa bilang dia sangat baru mungkin, karena baru masuk 2 minggu lalu. Hal yang buat aku kaget dan sebal adalah cara dia merespon pernyataan atau pertanyaan orang lain. Contoh:

1. Dia minta bantuan tim IT support utk memperbaiki komputernya, lalu seseorang dari IT datang (orang Perancis) dan sambil mengutak-utik komputernya si orang IT ini bilang ke dia: "maaf ya ini agak lama." Pernyataan ini sih sebenarnya hanya menunjukkan kesopanan orang IT tersebut. Respon dia: "sipp sipp sipp.. enjoy dong enjoy!!." Orang IT itu langsung yang terdiam heran. Aku yang denger juga ...Glekk.. kok ngga nyambung sih nih orang dan bikin orang IT tersebut terkesan mengeluh..padahal ngga ada sedikitpun kesan dia mengeluh. Batinku... aneh bgt yak responnya.

2. Orang baru ini perlu mengambil foto suatu hal (berhub dgn pekerjaan) dan foto tsb akan dikirim ke e-mail. Dia tiba-tiba tanya ke temenku A, apa boleh pinjem Blackberry nya sbntar utk memfoto suatu hal ini. Sontak, temenku bilang, lho emang BB mu kenapa? Dia bilang: BBku ngga bisa kirim e-mail, cuma bisa BBM-an aja. Trus krn agak risih, si A mengelak dgn alasan kamera BBnya rusak. Trus si orang baru ini ke aku dgn maksud yg sama, pinjem BB sbntar. Aku juga spontan tanya, lho emang knapa BBnya? Dengan jwbn yg sama dia menjwb. Lalu dia merespon lagi tanpa aku tanya: "Kan aku punya internet di rumah, jadi aku bayar internet, kan aku juga punya iPad jd aku juga harus bayar tagihan iPad, makanya BBku cm bisa BBM, kan tagihanku banyak."

Batinku: "haaaaa siapa yang nanya... trs emang dikira orang laen ga punya internet drmh atau iPad.. itu derita lu kaleeee...." :O

3. Seorang temen dengan penuh simpati nanya ke dia: "gimana mbak udah krasan di sini?"

Respon dia: "Santay aja kali...." Yang nanya tadi langsung: "hah..maksudnya??"

4. Aku lagi mau siap-siap ngajar dengan penuh antusiasme, dan krn dia yg ada di ruangan, jadi aku bilang ke dia: "aku ngajar dulu yah...."

Respon dia: "walah-walahhh....semangat dong..semangat..!"

Aku: ?????????????/ (bete....krn ngga tau nih orang ngerti bahasa Indonesia ga sihh)

Sejak saat itu aku mulai menghindari/ membatasi ngomong sama dia....daripada sebal.

Jadi kesimpulannya dia itu tidak bisa memberikan komentar secukupnya dan tepat sasaran seperti: "oh gitu ya." atau "ok"  dan ternyata respon dia yang berlebihan, yang meskipun menurut dia positif dan menunjukkan empati tidak selalu enak didengar. Jika konteksnya kita tidak sedang memerlukan empati, tapi disaat itu kita menerima respon yang penuh empati, kita malah akan berpikir orang tersebut meng-underestimate-kan spirit dan energi kita.

Sepertinya sepele ya dan mungkin ada yang menganggap ini oversensitif saja, tapi komunikasi akan berjalan lancar apabila kita menganut prinsip dari Paul Grice (tentang prinsip2 berbahasa dalam berinteraksi):

- Maxim of manner (berkomunikasi dengan jelas dan cara yang pas),

- Maxim of quality (berkomunikasi dengan kualitas informasi yang sesuai dengan yang ditanyakan),

- Maxim of quantity (berkomunikasi dengan porsi informasi yang sesuai dengan yg ditanyakan) dan

- Maxim of relevance (berkomunikasi dengan jawaban/ pernyataan yang sesuai dengan pertanyaan/ pernyataan sebelumnya)

Tentu saja ini bukan sebuah guidance untuk bagaimana seseorang harus merespon sesuatu, karena kenyataannya ada juga respon yang tidak nyambung secara langsung dengan pernyataan seseorang tapi tetap bisa dipahami oleh orang yang berinteraksi tsb:

Contoh kalimat:

A: "Ayo, kamu mau main tenis apa ngga?"

B: "Sekarang kan sedang hujan."

Interaksi seperti ini oke aja meskipun sepertinya tidak memenuhi maxim of relevance. Ini disebabkan karena ada implikasi intended meaning dari respon: "sekarang sedang hujan" yaitu karena ada implikasi main tenis-nya outdoor dan B keberatan utk berhujan-hujanan. Respon ini seperti ini boleh, dan dapat dimengerti oleh orang yang bertanya.

Kasus orang baru di departemenku tadi menunjukkan ketidakpekaan dia dalam menangkap maksud dari orang yang mengajaknya bicara dengan merespon yang kurang relevan dan terkesan tidak nyambung. Mungkin maksud dia adalah agar terkesan sangat friendly dan penuh empati, namun tidak selalu respon positif itu berdampak positif juga. Semuanya harus sesuai dengan konteksnya, jika tidak dampaknya bisa negatif di pendengarnya. Selain itu, dia juga memberikan informasi yang berlebihan dari segi kualitas, kuantitas dan manner (di contoh no. 2). Dan, hal ini mengakibatkan terjadinya kualitas interaksi yang kurang baik, yang dapat memicu terjadinya salah paham dan permusuhan.

Jadi, meresponlah dengan cukup (tidak berlebihan) dan sesuai konteks :)

Salam,

Median

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun