Mohon tunggu...
Median Editya
Median Editya Mohon Tunggu... lainnya -

penyuka beladiri dan sastra. calon guru teknik yang dicemplungin NASIB ke dunia perbankan..well, life always have a twisting plot rite ?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa Indonesia = Bangsa Sparta???

11 Mei 2010   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:17 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti biasa malam ini saya lagi pusing. Pusing karena segala macam terlintas di otak ini. Mengingatkan saya akan banyak hal. Banyak cerita. Banyak kegiatan. Banyak hal ganjil yang menjadi pikiran. Sekarang pun sya jadi teringat pernah membaca kisah kepahlawanan bangsa sparta. Bangsa yang katanya benar-benar menerapkan hukum “besi” dalam setiap sendinya. Bangsa yang gagah berani. Bangsa yang jujur tidak takut akan mati. Bagi bangsa sparta kematian itu tidaklah harus ditakuti, kalau perlu didatangi oleh peperangan itu sendiri. Hollywood bahkan berhasil menggambarkan tentang ini dalam film mereka yang berjudul “300”. Film favorit sya yang saya masukkan kedalam kategori film yang teramat bagus.

Yah bangsa sparta itu cerita tentang bangsa yang ada pada zaman dahulu. Bangsa dimana belum ada yang namanya hak asasi. Belum ada juga teknologi tinggi. Tetapi berkat kemampuan mereka, berkat heroisme mereka maka ribuan tahun kemudian bahkan cerita bangsanya tetap hidup. Masuk dalam kurikulum sejarah di sekolahan. Mampu menginspirasi para sineas internasional untuk mengabadikan. Bangsa yang hebat kawan. Suka berperang, benar-benar menjunjung tinggi martabat dan tidak pernah takut akan kematian.

Sya tercenung dengan ingatan sya. Membandingkannya dengan beberapa kejadian sederhana dalam hidup sya. Dan aneh bin ajaib tiba-tiba sya mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya karena beberapa hal saya yakin bangsa indonesia kemungkinan besar punya garis keturunan bangsa sparta. Utamanya dalam hal suka berperang, tidak takut mati dan menjunjung tinggi martabat harga diri. Loh??? kok sya bisa mengambil kesimpulan seperti itu? Gampang kawan, lihat saja keseharian hidup bangsa indonesia. Hal-hal sederhana yang dilakukan kebanyakan orang indonesia pada umumnya. Hal-hal yang sya yakin kita semua pernah melakukannya (tentu dalam versi yang berbeda-beda).

Tidak percaya? Haha, mari kawan. Mari aku perlihatkan sedikit fakta kepadamu. Bangsa sparta suka berperang? Sama bangsa kita juga sangat senang “berperang”. Lihatlah ratusan kali (mungkin ribuan kali malah) kasus tawuran. Mau itu antar sekolah, antar desa, antar daerah. Pasti saja ada “perang” dinegeri ini. Contoh paling besar ya Aceh sana. Bagaimana “perang” merajalela disana bahkan setelah tsunami melanda. Kata berita sih memang sudah damai, tapi tetap saja ada pertikaian kecil disana. Kontak senjata masih sering terjadi walau kecil skalanya.

Bahkan hampir disetiap daerah ada “peperangan” mereka sendiri-sendiri. Macam-macam bentuknya, entah gangster, entah premanisme, entah tawuran biasa. Alasannya pun rupa-rupa bentuknya. Perkara ngapel kemaleman akhirnya digebukin warga desa sudah lumrah. Perkara isu ada yang dipukul (entah siapa pula orgnya) sudah langsung menyiapkan senjata. Atau cuma karena melihat pacar orang saja ujung-ujungnya berantem juga. Ah biasa kawan, hampir tiap hari kita bisa lihat di koran-koran. Kurang lebih sama bukan dengan tabiat bangsa sparta yang suka berperang? Bahkan kita lebih hebat karena memulainya cukup dengan alasan sederhana.

Sifat bangsa sparta tidak takut mati. Sama kawan dengan bangsa kita ini. Masih tidak percaya? Cobalah sekali saja engkau melongok sedikit bagaimana keadaan KA ekonomi di indonesia? Beuh, sumpah disana bisa kita lihat para “ksatria-ksatria” yang tidak pernah takut akan mati. Jerih untuk mati pun tidak dirasa lagi. Bermain dengan nyawa seakan itu cuma mainan anak kecil saja. Berdiri depan pintu masuk saat kereta berjalan dengan kecepatan 100km lebih perjam itu biasa. Gelantungan di atas atap kereta apalagi. Perkara kepentok tiang, kesamber kabel listrik, atau malah terjun bebas dari sana juga gak pernah dipikirkan oleh mereka.

Sya pernah bertanya sama seseorang yang sering seperti itu. Sya tanya “emang gk ngeri apa duduk di atap kereta????”. Dan jawabannya simpel saja “ah, daripada didalam gerbong kotor bau pesing sesak dengan orang itu mending duduk diatap bro. Santai aja, perkara ngeri mati atau gk ya ada juga sedikit. Tapi klo tuhan belom ngijinin mati mah gk bakal mati, jadi percya aja gua mah. Lagian lumayan bisa hemat uang kan gk bakal ditagih kondektur kalau diatap...”

Jujur, mendengar jawaban dia sya cuma bisa geleng-geleng kepala tidak percya. Tidak percya bahwa nyawa “dipermainkan” cuma untuk hemat beberapa ribu saja. Mengucapkannya dengan keyakinan penuh plus bercanda pula. Hebat bukan orang-orang bangsa kita?

Terus coba kau lihat sekali-sekali kendaraan di jalanan. Lihatlah pengendaranya. Pengendara sepeda motor apalagi. Tak pake jaket gk masalah. Pake helm abal-abal asal tutup kepala sudah biasa. Ngebut selap-selip tanpa peduli tikungan atau rem gak ada apalagi, ah semuanya sudah biasa. Sya bingung juga bagaimana orang-orang seperti itu berkendara seakan-akan siap menggantung nyawanya. Sya bahkan pernah bertemu bapak-bapak naik motor, bawa barang-barang yang sangat banyak, cuma pake helm cetok, gk pake jaket, bersendal jepit, hebatnya lagi naik motornya sambil smsan. Jelas-jelas jalanan lagi ramai tidak dia pedulikan. Pengendara mobil pun begitu juga adatnya. Tak heran kalau angka kematian dijalanan indonesia bahkan melebihi angka kematian akibat peperangan.

Dan lagi-lagi saya saya geleng-geleng tidak percaya. Bagaimana orang-orang bangsa kita berkendara seakan-akan siap untuk menjemput kehilangan nyawa. Bahkan gak pernah sadar akan bahayanya atau melakukan tindakan untuk meminimalkan resikonya. Lagi-lagi saya berkata, hebat bukan orang-orang bangsa kita?

Lihat pula pekerja bangunan yang bekerja tidap pernah dengan peralatan yang memadai. Memanjat tiang tinggi puluhan kaki cukup dengan kaitan seutas tali. atau bagaimana orang-orang bangsa ini menyepelekan sakit yang mereka derita. Mau flu, demam, meriang, sesak, maag, atau sakit apapun sering kali hanya didiemin. Paling banter malah cukup pake obat warung saja. Tidak pernah memikirkan untuk menjaga kesehatannya. Check up? Bah, malas kawan. Gak ada waktu orang-orang kita untuk check up gak guna. Bandingkan dengan orang-orang bangsa lain yang cuma bersin saja bisa langsung ke dokter untuk periksa kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun