Mohon tunggu...
Dacosta Setiawan
Dacosta Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Media Cerita

Mudah-mudahan apa yang saya ceritakan di sini membawa manfaat dan berkah bagi orang banyak terutama yang membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Review Kopi Rube dan Sharing Masalah Pribadi Seseorang serta Solusinya

26 Oktober 2021   09:20 Diperbarui: 26 Oktober 2021   09:30 6576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkenalkan, Saya Wahyu 29th dan Istri Saya Dwi 28th. Alhamdulillah kami sudah menikah 4 tahun dan sudah dikaruniai 1 anak. Selama 4 tahun pernikahan kami, tentu bukan hal yang mudah untuk dilalui, banyak masalah – masalah yang telah kami lewati bersama, terlebih kami masih terhitung sebagai pasangan muda, dari masalah Internal hingga External pun sudah kami alami. Sebenarnya saya sedikit enggan untuk sharing masalah yang satu ini, karena menurut saya ini adalah suatu aib bagi sepasang suami istri terkhusus bagi saya pribadi. Tapi setelah dipikir kembali, dengan saya sharing setidaknya saya dapat membantu banyak pasangan suami istri dalam mempertahankan kehidupan rumah tangganya, terkhusus bagi pasangan yang memiliki permasalahan yang sama seperti hal nya saya dan istri saya.

Penasaran bagaimana pengalaman kami berdua melewati masalah tersebut? Silahkan lanjutkan membaca sampai selesai, dan sekali lagi saya berharap pengalaman saya dapat sangat membantu teman – teman pejuang rumah tangga dalam mempertahankan keharmonisannya.

Sekedar informasi, saya bekerja di salah satu bank swasta yang terletak di salah satu kota besar yang ada di Pulau Sumatra. Sedangkan istri saya adalah seorang wirausaha yang bergerak di bidang kuliner, hal tersebut didukung karena istri saya sejak kecil sudah hobi masak – memasak, katanya daripada menganggur di rumah lebih baik mencari kesibukan dengan berwirausaha saja.

Kembali ke topik awal, permasalahan ini datang ketika usia pernikahan kami belum genap satu tahun. Pada suatu malam menjelang akhir bulan ketika saya pulang kerja, istri saya mengajak saya untuk berhubungan suami istri, hitung – hitung untuk refreshing mood saya. Karena saya juga merasakan tingkat stress yang tinggi, saya pun meng-iya-kan ajakan istri saya tersebut. 

Permainan kali itu di awali dengan seperti wajarnya, yaitu pemanasan terlebih dahulu. Hal aneh tidak kami rasakan pada waktu itu, hingga masuk ke babak intinya kami (terutama istri) saya tiba- tiba kaget karena saya sangat begitu cepat merasakan puncaknya, bahkan belum sampai lima menit! 

Alhamdulillah-nya, istri saya tidak badmood, ia malah kaget begitu pun saya yang terheran – heran, “Apa yang terjadi pada saya?” Pikir saya dalam hati. Akhirnya pada malam itu kami akhiri dengan renungan bersama, berfikir apa penyebabnya. Padahal dari awal bertemu saya yang selalu berhasil menaklukan istri saya di ranjang. Tapi ya sudah, mungkin karena saya terlalu capek di kantor, ungkap saya ke istri saya.

Hari demi hari berganti, setiap kali kami berhubungan, kejadian yang sama masih terulang kembali. Kami pun semakin heran mengapa seperti ini. Sebulan setelah kejadian pertama kali itu, mood saya untuk berhubungan suami istri benar – benar hilang, istri saya juga sudah mulai enggan untuk ‘memancing’ saya. Hubungan kami juga sudah mulai memanas, entah mengapa saya mulai cepat naik emosinya, sedangkan istri saya juga mulai gampang tersinggung, kami jadi mudah untuk bertengkar. 

Tapi Alhamdulillahnya di balik panasnya hubungan kami, kami masih saling mencintai satu sama lain, terutama istri saya. Hal tersebut dibuktikan saat ia merasa ada momen yang tepat, ia mengajak saya untuk diskusi mengenai permasalahan ini. Ia membujuk saya untuk konsultasi ke dokter, yang notabene saya sangat takut untuk pergi ke dokter. Dan karena saya pikir daripada rumah tangga ini tidak bisa dipertahankan lebih baik saya beranikan diri ke dokter.

Dari hasil pemeriksaan, ternyata saya dinyatakan mengalami impotensi atau disfungsi ereksi, sehingga menjadi wajar jika gairah seksual saya belakangan itu sering hilang. Kami berdua tidak begitu kaget dengan hasil yang divonis oleh dokter, karena sebenarnya kami sudah menduga akan hal itu, meihat dari performa saya pada waktu itu. 

Kemudian dokter memberikan saya beberapa obat dan menyarankan saya untuk menjalankan pola hidup sehat, dan yang terpenting adalah mengambil rehat sebentar dari pekerjaan agar tingkat stress saya menurun. 

Dari hasil diskusi saya dan istri saya, akhirnya saya mengambil rehat selama 2 hari, dikarenakan kondisi yang sudah memasuki akhir bulan saya tidak bisa terlalu lama untuk beristirahat karena harus segera mencicil untuk tutup bulan. Namun selama 2 hari tersebut saya benar – benar memutuskan kontak dengan urusan apapun yang berhubungan dengan kantor. Ditambah lagi kami berdua mengambil liburan di salah satu hotel terbaik di tepi pantai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun