Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tanpa Memahami Filosofi, Bisa Kering Makna dan Inkonsisten dalam Tindakan

1 Juni 2021   21:38 Diperbarui: 2 Juni 2021   09:04 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ada kritik kuat, bahwa semestinya sudah tidak perlu lagi pemerintah terlalu menyibukkan diri dengan pelabelan anti-Pancasila yang dibuat-buat. Apalagi, ini sengaja untuk memasung dan mengebiri anak bangsa, demi kepentingan kekuasaan. Cap anti-Pancasilais yang akhirnya bisa memunculkan ketakutan dan ketidakleluasaan di tanah kelahiran sendiri.


Selebihnya, sudah waktunya memang perilaku Pancasilais kini lebih dikedepankan. Terlebih masa sulit pandemi kini, pilihan mendorong dan memperkuat ketangguhan sangatlah tepat, bahkan untuk sebuah kemenangan di masa mendatang. Internalisasi falsafah Pancasila yang sudah dilakukan puluhan tahun melalui pendidikan, tinggal diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.


Ketangguhan ini mensyaratkan banyak kekuatan personal semua warga negara. Seperti semangat juang, etos kerja, disiplin, gotong royong, persatuan dan empati sosial. Masa pandemi yang juga telah menghantam Indonesia lebih dari setahun terakhir, menjadi ujian penting bagi ketangguhan ke-Indonesia-an ini.


Sejak masa reformasi, Indonesia telah mampu melewati berbagai ujian yang sebenarnya bisa mengancam munculnya disintegrasi bangsa. Adanya kecemburuan sosial dan antipati komunal yang sempat mengemuka kala itu, tidak lantas menghancurkan keutuhan Tanah Air kita. Indonesia tetap bisa melewati segala cobaan dengan kuat dan berdaulat.


Dan, kali ini kedaulatan Indonesia juga tengah dihadapkan tantangan, dari krisis dan ketidakpastian akibat pandemi. Penyelamatan kemanusiaan menjadi prioritas utama yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin, yang kemudian dilanjutkan dengan pemulihan hajat hidup dan kemaslahatan warga negara dari berbagai dampak yang ditimbulkannya.


Meski belum bisa dikatakan selesai sepenuhnya, pengendalian dan pemulihan situasi akibat pandemi ini bukan tanpa hasil. Kedewasaan bangsa Indonesia menjadi salah satu faktornya, dengan tetap lebih mengendalikan diri dan memberi kepercayaan pemerintah untuk mengatasinya.
Pemaknaan pada esensi berserah diri (tawakal), dan juga ketaatan pada penguasa (ulil 'amr), nyata ada sebagai perwujudan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Pengendalian pandemi secara bertahap dan berkeadilan, dengan disiplin protokol yang ketat juga cukup bisa diterima. Hal ini relevan dengan prinsip Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.


Bersatunya semua warga masyarakat dalam berbagai upaya menghadapi krisis dan dampak pandemi juga tak bisa dinafikan. Semua elemen masyarakat saling bergotong royong, membangun kesepahaman dan kesadaran bersama-sama, bahwa pandemi tidak bisa dihadapi sendirian oleh pemerintah. Rakyat Indonesia pun bersatu  #LawanCorona!


Sikap ini tentunya berlandaskan nilai-nilai luhur sikap kebersamaan dan kesetiakawanan. Bahwa, pandemi harus dihadapi siapapun, tanpa melihat dari mana asalnya. Pada akhirnya, sikap ini pula yang melahirkan kepedulian dan empati sosial, saling menjaga kepentingan bersama. Terlebih, bagi yang jauh lebih lemah, maka tidak bisa begitu saja diabaikan.


Wujud pengamalan nyata dari nilai-nilai falsafah Pancasila inilah yang memang dibutuhkan kini. Semua dilakukan dengan sadar, tidak dipaksakan atau dibuat-buat, tanpa embel-embel kepentingan, terlebih untuk kepentingan politik dan kekuasaan.


Bertindak untuk kebaikan, kemaslahatan dan kemakmuran sesama tidak harus berlabel Pancasilais. Apalagi, jika cap Pancasilais ini hanya diartikan sempit sebagai ukuran pemahaman kebangsaan. Atau bahkan, tindakan Pancasilais ini sekadar gagah-gagahan alias latah sok-sok-an!


Sekali lagi, Pancasila punya nilai nilai filosofi yang sarat makna dan relevan bagi kehidupan bangsa, dari masa ke masa. Pancasila semestinya bukan gambar dan simbol, untuk sekadar dibanggakan. Pancasila adalah nilai-nilai jati diri bangsa yang semestinya tercermin dalam tindakan yang ajeg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun