Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Visualisasi Etnomusikologi dari Relief Candi, Merajut Peradaban yang Mendunia

11 Mei 2021   23:46 Diperbarui: 11 Mei 2021   23:52 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi relief Candi Borobudur (dodotiro.com/diunduh)

CANDI BOROBUDUR telah diakui dan ditetapkan UNESCO PBB sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia sejak 1991. Sebagai warisan peninggalan budaya, Candi Borobudur adalah sebuah mahakarya, yang sudah terlahir jauh sebelum Republik Indonesia dideklarasikan.


Berdasarkan sejarahnya, keberadaan candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah sebenarnya sudah ditemukan sejak abad ke-9 Masehi, dan pengakuan resmi badan dunia baru terjadi pada tahun 1990-an. Ini artinya, usia candi Borobudur sebenarnya telah melewati kurun waktu berabad-abad lamanya.


Candi Borobudur merupakan 'kitab' sejarah peradaban dan kehidupan zaman kejayaan Budha, yang penting selalu digali. Sejarah yang nantinya bisa menjadi pusat peradaban dunia, dan bisa melahirkan universalisme dan hubungan antarnegara yang bisa mencakup segala bidang dan pranata kehidupan semua bangsa di dunia.


Apa saja yang ada di bangunan Candi Borobudur, menjadi begitu menarik bagi wisatawan? Konsep alam raya sesuai kepercayaan Budha tergambar dalam relief-relief candi. Bentuk gambar dan simbol yang terlukis pada batu menunjukan cerita masa lalu. Setiap relief dengan kombinasi stupa memberikan pengajaran yang mendalam untuk siapapun yang mau mempelajarinya.

Borobudur merupakan candi terbesar di dunia, dengan 1.460 relief dan 504 stupa. Temuan sejarah menyebutkan, candi Borobudur didirikan pada abad ke-9 Masehi dalam masa kerajaan Mataram dari Dinasti Syailendra. Situs candi Borobudur sempat hilang ditelan hutan, lalu ditemukan kembali di tahun 1814 oleh S.T. Raffles, Gubernur Letnan di Hindia Belanda waktu itu.

Penemuan kembali Borobudur sempat mencengangkan dunia, dan membuka mata Eropa tentang "keberadaban peradaban tingkat tinggi yang dicapai di Asia Tenggara Kuno". Hingga kini, keberadaan Borobudur masih menyimpan banyak pertanyaan dan 'misteri', mengapa candi Budha yang termegah di dunia justru ditemukan di Jawa dan bukan di tempat lainnya? (Miksic, 2012, hal 18).

'The miracle of Borobudur', dengan kekhasan relief bebatuan dan stupanya, serta keindahan kawasan sekelilingnya, memang menjadi daya tarik tersendiri. Sempat tercatat terjadi kenaikan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata sejarah ini. Setidaknya, kenaikan ini terjadi beberapa tahun dalam kurun 2013 sampai 2017 silam.


Beberapa keluarga dekat penulis yang tinggal di Malang Jawa Timur, juga pernah berkunjung menikmati indahnya mahakarya Candi Borobudur dalam waktu yang berbeda. Akan tetapi, meski melihat dari dekat, sebagian mengaku tidak bisa memaknai dengan utuh filosofi dan maksud sejarah di balik kekayaan budaya yang ada di candi ini.


Haidar Chafidz (17) misalnya, pernah sekali saja berwisata sekolah mengunjungi candi Borobudur. Karena kondisi yang mungkin kurang pas waktu itu, ia dan temannya hanya menikmati pelataran depan candi. Bangunan candi yang kokoh dengan beberapa tingkatan ini pun akhirnya tak bisa dilihat dan dipelajari lebih detail. Sayang sekali bukan?


Padahal, ada ratusan bahkan mungkin jutaan makna dan nilai terkandung di dalam bangunan candi, terlebih pada relief bebatuan yang ada. Nilai dan maknanya terkandung dalam gambar-gambar di semua relief candi.


Pada pahatan relief candi, di antara yang paling dominan adalah relief bergambar ala-alat musik tradisional kekayaan nusantara. Relief yang tidak hanya menyimpan khazanah budaya, namun juga menggambarkan harmoni dalam keberagaman antarsesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun