Mohon tunggu...
Medha Zeli Elsita
Medha Zeli Elsita Mohon Tunggu... Jurnalis - Living on the jetplane

Sedang menikmati perjalanan menjadi penulis paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Keluargaku Terpapar Covid-19-Part 2

28 Mei 2021   16:12 Diperbarui: 28 Mei 2021   16:21 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbekalan yang Kukirimkan ke Rumah Sakit untuk Kakak Ipar dan Keponakan-Dokpri

Disitu kesabaran kami benar-benar diuji oleh pertanyaan, masukan, dan telepon masuk yang riuh memenuhi notifikasi ponsel kami. Hmm... sambil menghirup nafas panjang aku lagi-lagi harus menguatkan pijakan "Aku pasti bisa menghadapi ini,".

Sangat sulit menjelaskan ke orang-orang bahwa kondisi kami sehat dan baik-baik saja. Namun orang-orang dengan 'pengetahuannya' tentang COVID-19 berusaha untuk menjejali kami dengan masukan-masukan yang berbeda. Bahkan dikondisi ini aku benar-benar harus menjelaskan bahwa mentalku terganggu.

Ilustrasi SpO2 ku di masa Isolasi Mandiri-Dokpri
Ilustrasi SpO2 ku di masa Isolasi Mandiri-Dokpri

Aku tidak tahan untuk tidak mengangkat telepon dan mendapatkan masukan banyak sekali dari mereka. Dengan satu orang berbeda versi dengan orang lain versi lainnya. Jujur, di kondisi ini kami hanya perlu dua. DOA dan ISTIRAHAT.

Aku tahu persis, mereka mengkhawatirkan keadaan kami.  Mereka peduli dengan kami. Sejauh ini mereka hanya menyaksikan apa yang terjadi di televisi, YouTube, dan akun-akun lainnya tentang bagaimana COVID-19 dan efeknya setelah masuk ke dalam tubuh. Kemudian mereka menyampaikan arahan-arahan yang menurutku membuatku mual. Jujur, karena banyak sekali.

Dalam hati aku berdoa, semoga pertanyaan-pertanyaan menyudutkan seperti ini tidak sampai membuat imunitas kita turun. Karena kita tidak tahu apakah di sekitar kami sudah benar-benar bebas Covid-19 atau belum. Jujur, ini adalah kekhawatiran kami. Oleh karenanya kami kelelahan.

Namun keadaan ini tidak lama dan hanya berlangsung selama sampai sekitar pukul 4 sore. Aku sangat lega ketika sudah tidak ada lagi orang-orang bertanya tentang COVID-19 di keluargaku. Benar saja, setelah semua telepon tertutup aku dan nenekku langsung tidur.

Alhamdulullilah, dari banyak orang yang menelepon tak sedikit yang paham dan dapat menghargai adanya penderita COVID-19 di keluargaku. Sehingga mereka langsung membantu kami dalam hal supply makanan dan kebutuhan untuk semua keluargaku. Terima kasih banyak kami ucapkan atas atensi dan kepeduliannya kepada keluarga kami, njih.

Terima kasih untuk support yang dikirimkan untuk keluarga kami-Dokpri
Terima kasih untuk support yang dikirimkan untuk keluarga kami-Dokpri

Akhirnya aku harus menjelaskan kepada kantor tempatku bekerja untuk aku memohon Work From Home sesuai anjuran dari rumah sakit dan puskesmas yakni selama 10 hari. Aku sangat terkejut saat aku hanya mendapatkan WFH hanya selama 1 minggu 2 hari oleh atasanku. Jujur, aku sangat merasa kecewa.

Aku tidak mengkhawatirkan gaji yang mungkin akan berubah jika aku melakukan WFH, namun kesehatan lingkungan kerjaku. Di hari itu mungkin bisa saja aku dalam kondisi yang sangat baik karena aku dalam imunitas yang baik. Namun, aku pun tidak tahu apakah dengan aku isolasi mandiri di rumah dapat menjamin masa inkubasi virus di sekitarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun