Mohon tunggu...
Muhammad Catur Nugraha
Muhammad Catur Nugraha Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Young Engineer dan Tukang Ngelayap

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Seharian Bikepackeran Keliling Sumbar 1

19 Agustus 2014   05:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:11 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2 hari setelah Idhul Fitri, hari itu kami berniat untuk melakukan touring keliling Sumatera Barat, destinasi yang ingin kami tuju adalah Air Terjun Lembah Anai, Bukit Tinggi, Puncak Lawang, menyelusuri kelok 44, Danau Maninjau dan kembali lagi ke Padang.

Kendaraan yang kami pakai adalah motor matic, kami mulai perjalanan dari rumah kami yang terletak di Bariang Indah, Kota Padang. Kami langsung menyelesuri jalan by pass hingga bertemu dengan simpang 4 dimana jika kita ambil lurus adalah jalan menuju Bandara Internasional Minangkabau, kami mengambil belok kanan menyelesuri Jalan Raya Padang – Bukit Tinggi.

Karena saat itu libur lebaran jadi macet di jalan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari, banyaknya orang – orang yang ingin berliburan ke Padang Panjang, Bukit Tinggi dan sekitarnya membuat padatnya arus lalu lintas.

Jam 09.45 kami sampai di destinasi yang pertama, Air Terjun Lembah Anai. Air terjun ini sangat terkenal karena letaknya persis di sebelah jalan raya Padang – Bukit Tinggi. Biasanya air terjun ini dijadikan tempat singgah bagi orang yang hendak ke Bukit Tinggi. Oh iya untuk masuk air terjun ini dikenakan biaya Rp 5000 per orangnya. Air dan hawa yang terasa sejuk disana membuat orang betah lama – lama disana. Namun sayangnya masih banyak pengunjung yang kurang memiliki tanggung jawab karena banyaknya sampah yang dibuang begitu saja disekitaran batu – batu, bisa dengan mudah dijumpai sampah plastik bekas makanan ringan, botol plastik serta popok bayi. Sangat disayangkan.

[caption id="attachment_353757" align="aligncenter" width="420" caption="Air Terjun Lembah Anai"][/caption]

Kami hanya 30 menit saja di Air Terjun Lembah Anai karena tujuan kami yang lain masih banyak. Oleh karena itu kami lanjutkan perjalanan kembali dan berjuang lagi menghadapi macet.

Sekarang disekitaran jalan Lembah Anai dibagian yang ada sungainya banyak sekali orang yang membuka usaha pemandian dan kolam renang serta wahana permainan air untuk anak – anak. Jika saat puncak liburan saat itu maka hampir setiap kolam renang dipenuhi oleh wisatawan. Usaha yang bagus hanya saja menambah macet karena mobil yang keluar masuk dari parkiran kolam renang itu.

Pada saat kami sampai di Padang Panjang hujan turun dengan derasnya, Padang Panjang ini memang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan layak disebut Kota Bogornya Sumatera Barat, padahal dari cuaca dari Padang saat kami mulai berangkat sangat cerah.

[caption id="attachment_353758" align="aligncenter" width="640" caption="Welcome to Padang Panjang"]

14083737471634514704
14083737471634514704
[/caption]

[caption id="attachment_353759" align="aligncenter" width="640" caption="Rel Kereta Tua"]

14083738451722691837
14083738451722691837
[/caption]

Sekitar jam 12an, kami sampai di Sate Mak Sukur yang terkenal itu. Jam segitu itu Sate Mak Sukur lagi penuh – penuhnya karena hal tersebut pihak Sate Mak Sukur menutupi gerainya bagi pengunjung yang lain, banyak pengunjung yang kecewa tapi kami cuek aja masuk dan masih ada tempat, dan kami pun tetap dilayani. Untuk satu porsi sate padang di Sate Mak Sukur dihargai 22 ribu, jangan lupa mencicipi teh telurnya juga untuk menghangatkan tubuh dan menjaga stamina.

Setelah kenyang kami lanjutkan perjalanan ke Bukit Tinggi. Kali ini macetnya sudah sangat parah, bahkan jalur alternatif ke Bukit Tinggi pun juga sama parah macetnya. Macetnya ini dikarenakan adanya simpang 4 dimana jika lurus menuju Bukit Tinggi, Kanan ke Payakumbuh dan Kiri ke Koto Gadang. Seandainya lolos dari simpang 4 itu jalan ke Bukit Tingginya masit tetap macet. Jadi kami urungkan niat ke Bukit Tinggi dan beralih ke arah Koto Gadang.

Baru saja menyelesuri jalan Koto Gadang kami menemui simpang 3 dimana ada petunjuk ke arah kanan adalah Objek Wisata “The Great Wall Of Koto Gadang”, kami pun tertarik dan mengambil arah sana. Jaraknya lumayan sekitar 5 Km dari simpang 3 tadi, lurus saja nanti ketemu simpang 4 dimana ada Masjid Nurul Iman dan Balai adat, masih lurus sampai mentok, dan sampailah kami di “The Great Wall of Koto Gadang”. Untuk masuk tembok besar ini tidak dikenakan biaya masuk, kita hanya perlu membayar uang kebersihan saja yang bersifat sukarela.

[caption id="attachment_353760" align="aligncenter" width="640" caption="The Great Wall of Koto Gadang"]

1408373938331183776
1408373938331183776
[/caption]

Pemandangan yang didapat dari tembok besar ini adalah Ngarai Sianok yang indah. Jika kita punya tenaga yang cukup kuat lanjutkan menuruni tangga satu per satu kemudian sampai di Jembatan Goyang, teruskan dan sampailah di Ngarai bagian Bukit Tinggi.

Puas dengan “The Great Wall of Koto Gadang”, kami pun beranjak dari sana tapi berhenti dulu di Masjid Nurul Iman untuk shalat. Masjid ini pernah runtuh karena gempa yang melanda wilayah Sumatera Barat pada tahun 2009, dan kini berhasil di bangun kembali berkat sumbangan masyarakat sekitar dan warga yang merantau. Ketenangan dan kenyamanan sangat dirasakan di Masjid ini.

[caption id="attachment_353762" align="aligncenter" width="640" caption="Masjid Nurul Iman"]

140837413937307505
140837413937307505
[/caption]

[caption id="attachment_353763" align="aligncenter" width="640" caption="Bedug dengan latar Gunung Singgalang"]

1408374248598990728
1408374248598990728
[/caption]

Seusai shalat, kami lanjutkan perjalanan kembali. Tujuan kami selanjutnya adalah Puncak Lawang. Puncak Lawang ini lokasinya di Kabupaten Agam. Saat menuju kesana mata ini dimanjakan oleh indahnya pesona alam Sumatera Barat, ada Gunung, bukit, dan persawahan yang tersusun rapi. Akhirnya setelah bertanya – tanya kepada penduduk sekitar sampailah kami di Puncak Lawang, untuk masuk kesini dikenakan biaya Rp 12000 per motor.

[caption id="attachment_353764" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan sepanjang jalan"]

1408374324223934529
1408374324223934529
[/caption]

Setelah memarkirkan motor, kami segera menuju tempat dimana kita bisa melihat birunya Danau Maninjau secara utuh, Subhanallah, indah sekali pemandangannya. Tapi sayangnya pada saat kami datang kabut seringkali datang dan menutupi pemandangannya.

[caption id="attachment_353765" align="aligncenter" width="640" caption="Danau Maninjau dari Puncak Lawang"]

14083744448690177
14083744448690177
[/caption]

Di Puncak Lawang juga terdapat wahana outbond untuk keluarga yang cukup menantang untuk dicoba.

Cukup lama kami berada di Puncak Lawang, hampir sekitar 1 jam, lalu kami lanjutkan perjalanan kembali.

Di sisi kiri jalan kami jumpai objek wisata “Embun Pagi”, sama dengan Puncak Lawang objek wisata ini menawarkan pemandangan Danau Maninjau yang indah. Tapi kami skip untuk tidak kesana.

Kemudian mulailah kami melewati kelok 44 yang terkenal itu, ditandai dengan plang bertuliskan angka 44, plang itu sepertinya merupakan sumbangan CSR dari salah satu Bank.

Tiap kelok kami lewati secara hati – hati terlebih jika ada kendaraan dari bawah yang mau ke atas. Dan jika ada view yang bagus maka kami berhenti untuk sekedar mengambil gambar.

[caption id="attachment_353769" align="aligncenter" width="640" caption="Panaroma dari kelok 30"]

1408375233888107720
1408375233888107720
[/caption]

Dan, pada saat memasuki kelok 25 terjebaklah kami pada kemacetan yang amat panjang. Bayangkan posisi macet pada saat tikungan tajam dan menurun, tangan kanan harus terus mengerem jika tidak kita bisa menabrak kendaraan di depan, 30 menit tidak bisa bergerak sama sekali. Akhirnya datanglah beberapa polisi lalu lintas yang cukup membantu dalam menguraikan macet, beberapa warga lokal sana pun ikut membantu. Diterapkan sistem buka tutup cukup membantu melancarkan lalu lintas. Akhirnya setelah kelok 12 terbebaslah kami dari macet. Gara – gara macet dari kelok 25 ke kelok 12 butuh waktu 1 jam!

Akhirnya selesailah kelok 44 itu dan kembali menemui jalan yang datar, disisi kiri jalan adalah Danau Maninjau yang sebelumnya kami lihat dari atas. Ah, sayang, sudah masuk maghrib kala itu jadi kami tak sempatkan mampir ditepi Danau Maninjau.

Ketika adzan maghrib berkumandang, kami berhenti di Masjid Raya Bayur, masjid dengan warna dominan hijau ini tergolong unik karena berbentuk pagoda.

[caption id="attachment_353768" align="aligncenter" width="640" caption="Masjid Raya Bayur"]

14083751421744516578
14083751421744516578
[/caption]

Selesai shalat maghrib melanjutkan lagi perjalanan kembali ke Kota Padang, melewati Lubuk Basung, Pariaman, berjumpa lagi dengan Jalan bypass dan sampailah kembali di rumah pada jam 00.30

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun