Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang memberi ruang untuk menulis pengalaman dan ikut mengkampanyekan "Kerja Layak PRT dan STOP PRT Anak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyiapkan "Bakpao Nando" sebagai Bekal Sekolah

20 Maret 2018   12:02 Diperbarui: 20 Maret 2018   12:49 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini dimulai dengan meriah, semeriah ledakan petasan di malam tahun baru. Indah sudah tidak tahan untuk mengomel setelah menemukan bekal yang utuh di tas sekolah anaknya. Rupanya permintaan Nando untuk berhenti di sebuah toko kue untuk membeli bakpao sebagai bekal hari Jumat lalu hanyalah permintaan yang sia-sia! "Hah, sudah dibela-belain menunggu toko itu buka, berangkat sekolah jadi buru-buru, eh bakpaonya tidak disentuh sedikitpun. Nando........!" jerit Indah saking kesalnya.

Menyiapkan bekal sekolah merupakan kebiasaan yang dilakukan Indah untuk anak semata wayangnya yang duduk di kelas 6. Setelah beberapa kali eksperimen memberikan uang jajan, rupanya bekal dari rumah tetap yang lebih baik. Pernah Indah memberikan uang jajan untuk melihat kebiasaan jajan anaknya, ternyata uang itu hanya dibelikan mainan, sehingga tidak ada makanan di sela-sela waktu belajar di sekolah. Lain waktu, uang jajan masih diberikan, kali ini sudah diwanti-wanti untuk membeli makanan sebagai ganjel perutnya. Maklum, jam sekolah cukup lama, di hari-hari tertentu Nando pulang sekolah di jam 2 siang, sudah masuk jam makan siang kan. 

Kali ini uang jajan dibelikan snack seperti wafer, biskuit atau makanan lainnya menurut pengakuan Nando. Entah karena perutnya yang menolak atau memang tubuhnya bereaksi, di tengah tidur malam, Nando terbangun karena batuk dan memuntahkan isi perutnya. Kejadian seperti ini tidak hanya sekali dua kali terjadi, karena itu Indah merasa perut Nando sensitif dengan makanan yang dijual di sekolah. Pernah juga Indah sengaja membelikan jajanan yang ada di depan sekolahnya, sate telur. Ternyata, di malam harinya Nando muntah-muntah dan akhirnya demam. 

Nah.....itu jajan yang dibelinya sendiri lho, dilihat cara pembuatannya, kok ya gak tahan juga perut Nando. Sebagai ibu yang ingin anaknya terpenuhi kebutuhan makan dan tidak di-bully teman-temannya karena tidak mempunyai uang jajan, memang akhirnya bekal dari rumah selalu disiapkan ditambah sedikit uang untuk pegangan, kalau-kalau pengen jajan di sekolah.

Omelan pagi ini dipicu karena Nando tidak menghabiskan bekal sekolahnya. Sebenarnya kemarahan Indah juga merupakan kesedihannya, mana ada ibu yang ingin anaknya sakit. Dengan aktivitas sekolah yang panjang, jika anak tidak makan bekal yang dibawa, bagaimana kondisi fisiknya? Indah hanya berpikir, di jam istirahat tentu Nando bisa menyempatkan makan atau minum sebagai isi perutnya dan amunisi untuk belajar. Jika hal tersebut tidak dilakukan, bagaimana mungkin anaknya bisa konsentrasi belajar, pastilah itu perut kukuruyuk dan menghambat proses belajarnya. Ah....sedihnya Indah pagi ini, bagaimana bisa anaknya berkompetisi jika badannya tidak cukup fit karena jumlah asupannya tidak cukup.

Bakpao Nando ini gambaran bahwa banyaknya jajanan yang tersaji di sekolah lebih menggiurkan dan menarik untuk dibeli. Memang saat ini aneka jajanan bisa saja masuk perut anak-anak di sekolah. Perlunya pemahaman bahwa yang masuk perut itu bukan hanya rasa enak, gurih, pedas, sensasi pedas sedemikian rupa. Masih ingat Indah ada makanan yang bernama makaroni pedas, yang dijual seplastik 500 rupiah, efeknya mengasyikan karena pedas-pedas enak. Ah...bagaimana bisa makanan dijual semurah itu, apa yang terkandung di dalamnya? Tak habis pikir bagaimana penjual bisa untung dan anak-anak mendapatkan manfaat dari jajanan itu.

Memang, kesadaran untuk bekal sehat sudah dimulai oleh pihak sekolah. Ada hari-hari tertentu anak-anak diwajibkan membawa bekal berupa makanan sehat, ada sayur, ada lauk pauk yang bergizi. Tapi sampai sekarang, itu baru menjadi agenda sesekali, belum rutin. Benar memang, pola pembiasaan makan sehat pada anak ini haruslah dilakukan banyak pihak, bagaimana mengedukasi mengkonsumsi makanan yang sehat bukan asal kenyang atau masuk perut. Di rumah sendiri perlu terus dibiasakan menyajikan makanan yang bergizi seimbang.

Ah...omelan Indah memang hanya jadi omelan kalau anak tidak tidak berubah dan sadar bahwa pola makan perlu diatur dan bukan hanya memenuhi keinginan mulut merasakan sensasi rasa. Orang tua sendiri perlu konsisten mengajarkan, memperkenalkan dan terlebih lagi menjadi contoh baik dalam mengkonsumsi makanan yang sehat. Jangan hanya minta anak makan sayur tapi ternyata orang tua tidak mau makan sayur juga.  Pola makan itu dimulai dari keluarga, saling mendukung dan memberi motivasi untuk pertumbuhan anak lebih optimal.

Semoga tidak ada bakpao-bakpao Nando yang terbuang karena anak-anak tidak menghabiskan bekalnya. Anak-anak harus sehat, perjalanan hidupmu masih panjang, ayo makan yang bergizi untuk kualitas hidupmu. Itu doa Indah, untuk Nando dan anak-anak lainnya.

Selamat Hari Bahagia Sedunia, semoga anak-anak Indonesia juga mengalami kebahagiaan dan tumbuh dengan sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun