Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang memberi ruang untuk menulis pengalaman dan ikut mengkampanyekan "Kerja Layak PRT dan STOP PRT Anak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Obat Merawat Batin Orang Tuamu

22 September 2017   13:52 Diperbarui: 22 September 2017   14:28 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini tugasku menuju klinik kantor alm. bapak. Ya, obat ibuku sudah habis, ditambah besok aku akan bepergian keluar kota, jadinya harus punya stok obat yang disiapkan untuk beberapa hari kedepan. Sambil menunggu obat, aku melihat-lihat hp, sekedar membuat kesibukan. Di sampingku ada seorang bapak yang wajahnya familiar, tentu saja, ini apotik adalah rekanan klinik, pastilah yang berkunjung rekan-rekan seangkatan bapak.

Beliau mengawali pembicaraan dengan petugas apotik, mungkin supaya tidak sepi juga ya. Hehehe, beda generasi, beda juga kesibukan yang dipilih. Karena di hp tidak ada yang menarik, aku memulai pembicaraan dengan bapak itu. Rupanya beliau terganggu tidurnya karena batuk.

Nah, pembicaraan awal membahas tentang obat-obat batuk yang mujarab. Di tengah pembicaraan tentang obat, beliau bertanya, ambil obat untuk siapa? Aku menjawab untuk ibuku. Selanjutnya beliau bertanya alamat rumah. Kujawab Tlogomas, beliau mengatakan rumahnya tak jauh dari alamatku. Akhirnya sampai pada pertanyaan, putranya siapa? Aku menjawab pak Basuki. Beliau kaget dan mengatakan, sungguh kaget dengan kepergian bapak yang mendadak. Dua minggu sebelum bapak tidak ada, beliau membezuk ibu di rumah sakit dan bicara dengan bapak yang tidak menunjukan kondisi bapak sakit. Ya, bapak memang menggoreskan kenangan pada banyak orang, termasuk rekan-rekan pensiunan,  para perawat, dokter dan kenalan lainnya, tidak menunjukan kondisi beliau yang sakit.

Pembicaraan berlanjut dengan menanyakan kondisi ibu dan siapa yang merawat paska bapak meninggal. Kuceritakan bahwa aku dan anakku yang saat ini menemani ibu karena semua saudara tinggal jauh dari kota ini. Beliau kemudian cerita bahwa pernah di suatu hari merasa tidak sukses, tidak makmur karena kedua anaknya tidak berkarier secemerlang anak---anak rekan yang lainnya. Anak-anaknya tidak lulus untuk tes masuk sebuah perusahaan minyak terkenal dan saat ini memilih bekerja wiraswasta, bisnis online dan bekerja di bidang lainnya.

Keduanya tinggal tidak jauh dari kota ini. Bapak ini bersyukur dengan kenyataan anaknya tidak diterima di perusahaan minyak, malah memungkinkan dia bisa menjumpai anak cucu dengan bekal 15ribu. "Kalau saya kangen cucu, saya taruh sepeda motor saja di terminal, kemudian naik bis. Sampai sana, tinggal minta jemput. Ndak perlu pakai tiket pesawat. Coba kalau anak-anak tinggal jauh, tidak sanggup kami beli tiket sendiri."  Bapak itu mengakhiri pembicaraan karena obatnya sudah kompilt sambil menitipkan pesan,  "sekarang saya yang merasa makmur, kaya dibanding teman-teman lainnya, anak cucu dekat, saya beruntung mereka tinggal dekat dengan kami." Ah....pemahaman yang sederhana tapi sangat menyentuh.

Jadi, kekayaan menurutmu itu apa? Kalau hanya sebatas materi dan karier semata, rasanya sayang sekali, karena menurut orang yang melahirkanmu, merawatmu hingga bisa berdiri tegak dengan kakimu, ada kekayaan yang lebih mereka butuhkan. Ya, kekayaan batin. Kekayaan untuk ditengok, untuk diajak bicara, menerima sms/wa, bahkan sekedar video call beberapa detik. Kekayaan yang mungkin tidak dimiliki semua orang tua karena anak-anaknya memilih melanglang buana mengisi hari-harinya untuk menghiasi dinding media sosialnya. Ah, andainya aku tahu sejak lama, tentu kebersamaan denganmu tak seperti saat ini, hanya mampu menghampiri pusaramu, pak. Maafkan kami yang tak tahu kekayaan yang kau maksudkan.Dari kami yang merindukanmu, Kung.

Malang, 22 September 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun