Mohon tunggu...
m boby  hasan arfani
m boby hasan arfani Mohon Tunggu... Insinyur - Insinyur

Insinyur yang suka mengamati bola, membaca buku, mereview film, berbagi opini, dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Indonesia Bisa Lawan Corona?

25 April 2020   10:25 Diperbarui: 25 April 2020   10:34 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai warga negara Indonesia saya sedikit miris dengan bertambah nya pasien positif corona telah mencapai 8000 an lebih, jika harus mencari kambing hitam tentu kambing hitam utamanya adalah China, lalu kedua pemerintah terutama menteri kesehatan pak terawan, jelas mereka adalah penyebab utama corona merebak, china salah, karena  terlalu tertutup kepada dunia tentang wabah yang mereka derita dan Menteri salah, karena kurang tanggap dalam mendapatkan isu dunia, cendrung santai dan berleha - leha , sampai ada pernyataan dari profesor harvard pun mereka tetap saja belum bergeming dan menyisir, seakan yakin Indonesia dilindungi Tuhan.

Sekarang tinggal lah sebuah pertanyaan, ketika indonesia sudah menjadi negara asean dengan kasus terbanyak, " Apakah kita bisa lawan corona ?" kalau pertanyaan itu diajukan kepada saya, saya akan menjawab " bisa dan tidak bisa" bisa kalau pemerintah dengan kebijakannya melakukan langkah yang tepat juga masyarakat dengan otaknya berpikir dengan jernih dan mulai melupakan kesalahan pemerintah, kita sudah terlanjur tercebur bersama maka mari kita menepi bersama dan kita bahas kesalahan pemerintah setelah kasus ini usai. 

Masalah utamanya ada di kebijakan pemerintah yang cendrung telat dan terlalu banyak resiko yang dipikirikan, apa gunanya mereka menjadi penjabat kalau masih lambat dalam mengambil keputusan , seharusnya pemimpin adalah seorang cepat dalam berpikir dan mengambil keputusan terutama di masa genting seperti ini, mari kita soroti keputusan dilarang mudik , menurut saya ini adalah keputusan yang benar namun terlambat. tumpang tindihnya pemerintahan seakan membutakan saya dan membuat saya lupa siapa presiden saya dan siapa menteri saya ? mentri berlagak seperti presiden dan presiden berlagak rakyat, cendrung iya - iya saja menurut saya , belum ada ketegasan yang benar - benar terasa untuk rakyat, semoga saja saya salah tentang hal ini.

ada kebijakan lain yang perlu disoroti seperti PSBB , dijadikan opsi utama daripada karantina wilayah karena takut ekonomi melemah, padahalnyatanya ekonomi kita sudah melemah, PSBB hanya menjadikan kita mati perlahan bukan selamat dari kematian, para pekerja yang sudah diphk atau dirumahkan mungkin punya tabungan pesangon , tapi sampai kapan akan bertahan?. lalu ekonomi sampai kapan kita bisa bertahan? , kenapa tidak langsung diberlakukan karantina wilayah, meski ekonomi akan sangat turun tapi kita bisa bangkit lebih cepat kaalau penanganan corona juga cepat, dari pada seperti sekarang PSBB hanya cara lambat untuk meruntuhkan Ekonomi Indonesia, bisa dilihat dollar mulai makin naik dan rupiah tidak bisa bicara terlalu banyak. Mau Sampai Kapan?

dari  pemerintah mau menyalahkan rakyat karena tidak taat pada arahan, lebih baik pemerintah mengeluarkan aturan tegas, seperti karantina wilayah, lalu cukupi kebutuhan rakyat, rakyat membayar pajak disaat inilah rakyat harusnya dibantu dengan pembayaran pajaknya, dimana uang bayar tol, dimana uang pertambangan dimana hasil - hasil negara lainnya, saya berpikir kerasa manyayangkan setiap keputusan pemerintah yang terbilang culun dan terlalu banyak berpikir tapi tidak terlalu bermanfaat, sampai kapan negara ini akan seperti ini, sampai kapan sistem kita seperti ini ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun