Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resolusi Suci Ayu Latifah "Ketika Aku Ingin..."

23 Juli 2019   21:20 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku belajar di TK, kurang lebih 1,5 tahun. Setelah dinyatakan lulus dan wisuda, aku belajar di sekolah dasar. Pada tahun 2002 genap umurku 7 tahun kurang sedikit. Ibu mendaftarkanku di SD 2 Pangkal. SD tersebut merupakan SD terdekat dari rumah. Beberapa anak-anak sekitar rumah, banyak yang di sekolahkan di sana. Sehingga, ketika pulang sekolah memiliki teman jalan kaki. Jarak antara rumah ke selatan tidak jauh, ya sekitar 200-an meter.

Memasuki di sekolah dasar kelas 1, aku mendapatkan teman yang banyak. Saat itu, total jumlah teman sekelas adalah 40 anak. Guruku di kelas 1 adalah Bu Wiji. Beliau tinggal di Sawoo. Tanpa kuduga, rumah Bu Wiji dekat dengan rumah Nenek. Di kelas, aku merasa sudah pandai di antara teman lain. Aku sudah lancar membaca dan menulis. Sebab ketika di TK dua pelajaran utama ini sudah diajarkan. Tiba diujian, hampir semua mata pelajaran mendapat nilai 100. Senang rasanya. Apalagi ketika hasil ujian dibagikan ke semua teman. Dengan bangga, kutunjukkan hasil belajarku pada kedua orang tua dan nenek di rumah. Nenek mengapresiasi luar biasa kepadaku. Bahkan ia benjanji akan membelikan apa yang kuminta kalau mendapat nilai 100 lagi. Guna menambah semangatku belajar, Ibu juga berjanji akan membelikanku tas baru sesuai keinginnanku.

Masuk di kelas 2, aku diajar oleh Pak Suparni. Beliau asal Trenggalek. Menurutku beliau gurunya yang menarik, asyik, penyabar, dan tekun. Kebiasannya mengajar, selalu dibuka dengan lagu nasional dan pilihan. Macam-macam lagu yang biasanya kami nyanyikan bersama adalah Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Padamu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa, Syukur, Dari Sabang Sampai Merauke, Jembatan Merah, Indonesia Pusaka, Berkibarlah Benderaku, dan masih banyak lain. Sedangkan lagu pilihan adalah Gambang Seruling, Gundul-Gundul Pacul, Desaku, Sorak-Sorak bergembira, Sepatuku, Soleram, Sampai Jumpa Lagi, dan masih banyak lagi.

Guru yang satu ini, paling unik di antara guru-guru lainnya. Pertama, tertib. Siapapun anak yang terlambat masuk kelas, akan dikenakan hukuman. Hukumannya bermacam-macam. Biasanya berkaitan dengan mata pelajaran, kadang pula diminta menyanyikan lagu nasional. Kedua, suka memberi hadiah. Beliau sering memberi hadiah (surprise) kepada anak yang berprestasi. Hal itu pernah terjadi kepada saya. Suatu hari, pada saat materi menulis huruf latin atau tegak bersambung. Aku mendapat nilai paling tertinggi, yaitu 9. Nilai tersebut berulang hingga dua kali. Nah, untuk memotivasi, beliau memberiku hadiah satu buah pensil, penghapus, buku tulis, dan rautan.

Tentunya, bahagia nian saat itu. karena hadiah dari guru menurut saya adalah kecintaan kepada muridnya. Semenjak itu, aku sering diminta menulis di papan tulis saat materi bahasa Indonesia. Sebab, mata pelajaran bahasa Indonesia, wajib menulis menggunakan huruf tegak bersambung.

Ketiga, kreatif. Selain mengajar, guruku juga jualan alat tulis-menulis. Di antaranya ada pensil, penghapus, bolpoin, sampul buku (kertas dan plastik), rautan, cutter, dan lain sebagainya. Beberapa teman-teman sering membeli kebutuhan kepada beliau, karena murah dan terjangkau. Sayangnya, teman-teman sering usil kepada beliau. Seperti kejadian yang sangat aku ingat adalah salah satu dari temanku sering menyembunyikan gagang papan tulis. Gagang papan tulis yang dicuri itu digunakan guruku untuk menunjuk teman, memukul teman yang ramai sendiri. Meski bisa dibilang sedikit galak, guru satu ini lucu-lucu unik.

Keempat, selalu menjaga kebersihan. Ruang kelas sering kotor, apalagi saat musim hujan tiba. Banyak kotoran dan lumpur masuk kelas. Guna menyiasati ruangan supaya tetap bersih, beliau meminta siswa-siswinya melepas sepatu di luar. Tidak cukup dilepas, sepatu-sepatu itu harus ditata rapi. Kalau ada sepatu yang tidak rapi, hmm tahu-tahu sepatu itu digantung di jendela. Kalau tidak digantung disembunyikan oleh guruku. Kebersihan lainnya adalah terkait keramas dan potong kuku, serta potong rambut. Guru satu ini, selalu memeriksa kebersihan kuku para siswanya. Siapa siswa yang kukunya panjang dan kotor, langsung dipotong. Alat pemotong kuku sudah disiapkan.

Sedangkan potong rambut, khusus untuk siswa laki-laki. Lekat dalam ingatan, temanku bernama Tatag selalu dipotong rambutnya di sekolahan. Awalnya sih sudah diingatkan supaya potong rambut, akan tetapi ia melanggarnya. Ada juga Tegar, anak pintar, jago matematika itu kadang juga usil. Ia sengaja tidak mau potong rambut kalau belum dimarahi oleh guruku satu ini. Yah, maklum anak sd kelas 2, masih terbawa anak-anak dan kebetulan mendapat guru yang unik ini.

Kisah unik, kekonyolan, dan usil banyak menghias di kelas 2. Aku pun demikian, sering mengusili guru bersama teman-teman. Tapi bukan pada guru kelasku, yaitu kepada guru agama, Bapak Katsir. Keusilan kami waktu itu, adalah menyembunyikan buku LKS mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal itu kami lakukan supaya tidak diminta koreksi tugas. Lebih enak didongengi kalau bertemu guru yang pandai bercerita ini. Saat mencari, kami seolah-olah ikut membantu beliau mencari, tapi ya mungkin guruku tahu, beliau sudah lumayan tua, jadi menyimpulkan kalau bukunya ketinggalan di rumah.

Memasuki di kelas 3, aku diajar oleh guru kelas bernama Bu Sun. Lupa nama lengkap beliau, jelasnya kami memanggilnya Bu Sun. Guru ini tinggi, rambutnya sebahu, ia tidak memakai jilbab. Pakaian yang dikenakan selalu rapi. Beliau tidak pernah menghias diri di wajahnya, hanya saja sesekali pita dirambutnya dikenakan. Guruku yang satu ini, suaranya besar, tapi kecil alias cempreng, dalam bahasa Jawa. Kalau mengajar, terkadang anak lelakinya dibawa. Kami sering bermain dengan anaknya. Lucu sekali.

Pengalaman di kelas 3 bersama Bu Sun, tidak terlalu banyak. Hal yang paling aku ingat adalah ketika ulangan haris, ulangan semester, dan ulangan akhir semester. Ketika menjadi pengawas, guru satu ini memperbolehkan siswanya bertanya tentang maksud soal, bukan jawaban. Kadang beliau juga membantu menjawab soal dengan cara dipleset-plesetkan. Artinya, jawabannya dicarikan kata yang hampir mirip, selanjutnya dikembalikan pada siswa untuk berpikir, apa jawaban paling tepat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun