Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kekhawatiran tentang Masa Depan

17 Juni 2019   17:38 Diperbarui: 18 Juni 2019   13:24 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Belakangan ini, saya merasa tidak enak. Bukan karena lelah kegiatan. Bukan pula karena sedang sakit. Kiranya, tidak enak ini disebabkan karena banyaknya kekhawatiran tentang suatu hal. Pernah kalian mengalami hal seperti yang saya alami?

Pola Pikir Masyarakat Desa

Sebagai mahasiswa akhir, saya merasa memiliki beban yang begitu berat. Ya, sebentar lagi saya lulus kuliah s-1. Sebentar lagi saya akan menjadi Sarjana Pendidikan. 

Bagi sebagian masyarakat, khususnya desa, mereka-mereka yang s-1 dianggaplah memiliki ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman luar biasa. Mereka yang Sarjana dipercaya bisa melakukan semua hal. 

Seperti cerita temanku yang sudah lulus sarjana dan sekarang menjadi guru GTT di sebuah sekolah dasar. Betapa ia memikul beban berat. Di sebuah acara di desanya, ia diminta untuk memimpin sebuah pengajian (tahlilan) hari kematian. Deg. Itulah respon pertama. Wajahnya langsung memerah, dan ia berpikir keras tentang bagaimana memimpin tahlilan.

Ada pula, teman lain yang juga memiliki pengalaman sama, bagaimana ia diminta untuk mendampingi ibu-ibu PKK untuk membuat kerajinan yang dapat mengisi waktu luang. 

Masyarakat begitu percaya, teman saya mampu. Namun, apa yang terjadi. Betapa beban itu dirasa sebagai lulusan sarjana ketika masyarakat percaya bahwa ia bisa membawai semua bidang.

Kekhawatiran tentang masa depan, tentunya akan menimpa semua orang, termasuk saya. Bagimana saya lulus nanti? Mau kerja atau lanjut s-2? Atau mau menikah terlebih dahulu, membangun rumah tangga sambil menunggu lowongan pekerjaan? Sebuah pertanyaan yang menjelma hantu paling menyeramkan.

Tak dapat membohongi diri, kekhawatiran itu sebuah ekspresi diri tentang apa dan untuk apa saya nantinya: untuk diri saya, keluarga saya, dan lingkungan saya. 

Sederhananya, saya berpikir nantinya akan membagikan ilmu yang saya bisa untuk mereka yang membutuhkan. Saya siap membantu mereka sebisa apa yang saya mampu. Dan, jika pun belum mampu, saya akan belajar lagi. 

Belajar secara mandiri, dan bertanya pada ahlinya. Karena saya tahu, di atas saya masih ada orang-orang hebat, dan di atas mereka masih ada orang-orang yang lebih hebat. Dialah yang kusebut ahlinya ahli.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun