Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menikmati Suka Duka Mudik di Momen Lebaran

2 Juni 2019   11:17 Diperbarui: 2 Juni 2019   11:33 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Madiun (dok.pri)

Mudik sudah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu. Mungkin turunan dari nenek moyang juga. Yaitu ajang bersilaturahmi antar keluarga. Puncak mudik biasanya ketika menjelang lebaran. Yang berjauhan jadi bertemu dan berkumpul sembari menikmati momen hari raya idul fitri.

Demikian juga saya yang sudah lebih dari 30 tahun mengadu nasib ke kota Surabaya. Sebenarnya pulang kampung tidak selalu menunggu lebaran, apalagi jarak Surabaya -- Madiun bisa di tempuh dengan 2 jam saja. 

Tapi mudik lebaran menjadi sangat spesial, karena nantinya bakal berkumpul dengan saudara-saudara yang tinggal di luar kota dan yang jarang bertemu. Hampir semua pasti meluangkan waktu untuk mudik, karena tidak ingin melewati momen yang hanya datang setahun sekali ini.

Sudah dibayangin serunya kan? Saya enam bersaudara plus pasangan dan anak-anak berkumpul di rumah orang tua di Madiun. Dan yang paling berbahagia pastilah orang tua. Sejak ayah meninggal 15 tahun lalu, ibulah yang menjadi perhatian utama bagi kami. 

Kebahagiaan beliau selalu terpancar ketika anak, menantu dan cucunya bisa berkumpul bersama di rumah yang menyimpan banyak kisah kenangan masa kecil sampai sekarang. Meskipun tidur sampai berdesak-desakan dengan menggelar karpet, semua dijalani dengan happy dan semangat.

Dari tahun ke tahun memang seru habis yang namanya cerita mudik. Sejak anak-anak kecil, terutama anak yang paling besar 20 tahun yang lalu. Masih terasa kerempongan dan keribetan membawa anak bayik perjalanan jauh. 

Meskipun kalau mudik selalu bawa kendaraan pribadi, tapi tidak menjamin perjalanan akan selalu lancar. Anak rewel yang minta susu, minta maem,  ngantuk, capek, mau pup atau pipis. Jadi musti sabar dan harus sering berhenti supaya dia nyaman. Pernah juga ban mobil bocor di tengah hutan. Untunglah pas siang hari jadi masih bisa ditangani suami sendiri.

Tapi diantara duka yang bermunculan, tetap tidak bisa mengalahkan rasa suka dan bahagia bisa mudik serta bertemu saudara di momen lebaran setiap tahunnya.

Mudik kali ini saya naik kereta api bersama adik-adik berangkat dari Surabaya. Tentunya beda banget dengan pengalaman beberapa tahun yang lalu. Anak-anak sudah pada besar semua. Sudah bisa membantu membawa barang-barang, terutama barang mereka sendiri. 

Kami memilih transportasi kereta api untuk mengurangi macet di jalan, karena biasanya memang membawa kendaraan pribadi. Mencari kenyamanan selama perjalanan, serta mempererat komunikasi dengan saudara. Sampai Madiun tidak terasa capeknya. Bahkan fresh dan siap menyambut lebaran bersama handai taulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun