Mohon tunggu...
Khoirudin
Khoirudin Mohon Tunggu... Penjahit - Orang biasa

Hanya orang biasa, tidak lebih dan tidak kurang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Wiranto Harus Bertanggung Jawab terhadap Gagalnya Bukber Kami

24 Mei 2019   05:17 Diperbarui: 24 Mei 2019   05:20 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Bukber Ramadlan kali ini sudah kami rencanakan sejak satu minggu yang lalu. Pesertanya adalah komunitas tadabbur alam. Sebagian besar juga sudah membayar iuran @Rp 25.000. Tempat sudah kami tentukan, waktu juga sudah kami sepakati. Pokoknya persiapan sudah 80%. Eee tiba-tiba saja, bukber kami yang sangat penting ini terancam gagal.

Semua ini karena pak wiranto. Titik.

Coba kalau Bapak tidak memblokir Whatsapp. Pasti persiapan acara bukber kami akan berjalan dengan lancar. Tadi siang saya mengirim pesan via WA ke teman panitia untuk mengajak booking tempat. Weladalah, WA tidak terkirim. 

Saya kira jaringan Indosat yang saya pakai bermasalah. Dengan penuh perjuangan, saya mengisi nomor telkomsel saya dengan nominal Rp 50.000, lalu saya gunakan untuk membeli paket internet. Ee.. ternyata masih belum bisa mengirim pesan WA. Sudah berjuang tetapi gagal itu rasanya sakit pak. Kalau tidak percaya tanya sama junjungan saya yang sudah nyapres 3 kali.

Bapak beralasan agar tidak terjadi penyebaran informasi hoax mengenai demo di Jakarta. Yaelah pak, komunikasi kami mengenai persiapan bukber jauh lebih penting pak. Soalnya kami kan sudah membayangkan suasana bukber yang penuh dengan indahnya kebersamaan. Jika kami hanya bisa datang mepet waktu, lalu masing-masing peserta sibuk dengan ponselnya masing-masing, setelah adzan maghrib berkumandang kami makan, setelah itu kami langsung bubar. Itu urusan kami pak. Yang penting kami tetap bisa mengupload foto dengan caption indahnya kebersamaan.

Jika kemudian hoax yang tersebar lewat media sosial menyebabkan kekacauan di Jakarta menjadi lebih besar dan lebih dahsyat. Itu bukan urusan kami pak. Itu urusan Bapak dan elite-elite yang nyuruh mereka demo. Kan panutan kami, Mbah Amin Rais yang nyuruh adanya people power. Pasti beliau akan tanggung jawab pak.

Intinya yang kami mau hanya buka bersama kami lancar jaya, mirip jalan tolnya pak Jokowi.

Jangan-jangan Bapak membaca kaidah Ushul Fiqh ya? Yang berbunyi "mencegah kerusakan itu didahulukan dari pada mendapatkan kemaslahatan". Heloo itu Ushul Fiqh pak, digunakan untuk menentukan hukum-hukum agama. Lagi pula yang suka memakai kaidah itu hanya orang NU, kalau akhi  dan ukhti yang baru saja hijrah mana mau pak menggunakan kaidah itu. Yang penting sudah pakai pasta gigi merk Sasha, melihara jenggot, pakai celana cingkrang. Itu sudah cukup pak. Pasukan maha benar yang suka bawa pentungan untuk merusak warung-warung warga juga ndak mau memakai kaidah itu pak. Ee malah bapak memakai kaidah itu.

Pokoknya bukber kami lebih penting dari pada mencegah bertambahnya korban yang meninggal.

Lagi pula korban yang meninggal kan memang ingin meninggal pak. Lawong niat mereka jihad kok. Kalau baca narasi yang beredar di medsos kemarin, konon mereka sudah mencium bau surga pak. Jika meninggal otomatis akan masuk surga. Kalau ndak percaya, tunggu saja setelah 7 hari pak, akan banyak keluarga yang mengucapkan terima kasih ke Bapak sebab membuat anak-anak mereka mati syahid.

Pliss dech pak, segera buka blokir aplikasi whatsapp sekarang juga. Bapak tidak mau kan kehilangan pahala gara-gara menghalangi pelaksanaan buka bersama kami?

-------------

Mohon maaf, tulisan ini hanya satire belaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun