Mohon tunggu...
Khoirudin
Khoirudin Mohon Tunggu... Penjahit - Orang biasa

Hanya orang biasa, tidak lebih dan tidak kurang

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nyadran, Tradisi Baik yang Perlu Dilestarikan

9 Mei 2019   21:51 Diperbarui: 9 Mei 2019   22:08 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Nyadran pada zaman dahulu mungkin hanya merupakan kegiatan bersih-bersih lingkungan makam bersama-sama. Lingkungan sekitar pemakaman di bersihkan oleh petugas kebersihan, sedangkan di makamnya dibersihkan oleh ahli waris dari orang yang sudah meninggal.

Kegiatan Nyadran biasanya dilakukan pada bulan Sya'ban dengan mengacu pada pasaran tertentu. Misalnya untuk makam desa A dilaksanakan pada hari Senin Wage, sedangkan di makam desa B dilaksanakan pada hari Rabu pahing dan seterusnya. Pemilihan hari biasanya merupakan warisan turun temurun. Generasi saat ini tinggal mengikutinya saja.

Seiring dengan masuknya agama islam, kegiatan di lingkungan makam ditambah dengan acara yang bernafas islam. Dimulai dengan doa, tahlil bersama, mauidloh hasanah dan diakhiri dengan memakan "golong" yang dibawa. Golong adalah nasi dan lauk-pauk yang dibungkus menggunakan daun pisang kemudian diberi wadah plastik kresek.

Sisi positif nyadran
Nyadran memiliki banyak sekali efek positif baik untuk yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia bahkan bagi kompel makam itu sendiri.

Untuk yang masih hidup, kegiatan nyadran sarat dengan kegiatan silaturahmi. Saudara yang lama tidak berjumpa, pada hari itu biasanya diusahakan datang ke makam para leluhurnya. Di makam mereka bertemu, berdoa bersama, mendengarkan tausiyah sekaligus mendapatkan pelajaran bahwa semua orang yang hidup pasti akan meninggal dunia.

Seseorang yang selama ini  belum pernah melihat makam leluhurnya, akan tahu dan membersihkannya. Tentu dengan harapan, sepulang dari nyadran timbul kesadaran dan kebaikan hidup yang mana sangat bermanfaat untuk menyambut datangnya bulan Ramadlan.

Bagi yang sudah meninggal dunia. Tentu merupakan kebahagiaan tersendiri sebab mendapatkan kiriman doa dari keturunannya. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa amal seseorang akan putus ketika meninggal dunia kecuali tiga perkara. Yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan orang tuanya.

Bagaimana jika yang mendoakan bukan anak atau keturunannya? Hal tersebut tidak jadi masalah sebab dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana jika kita lewat sebuah makam kita dianjurkan untuk mengucapkan salam. Assalamu'alaikum ya ahlal qubur, dst. Artinya Semoga keselamatan senantiasa tetap padamu wahai ahli kubur dan seterusnya. Itu merupakan ucapan doa terpendek.

Bagi komplek makam sendiri. Makam yang kadang kurang terawat selama satu tahun akan menjadi bersih dan tidak menyeramkan. Para ahli waris akan membersihkan dan menata kembali makam para orang tua atau ahli kuburnya. Hal tersebut tentu membawa dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

Kontroversi nyadran
Ada sebagian masyarakat yang terlalu bersemangat dalam beragama sehingga suka membenturkan tradisi dengan syariat islam. Padahal 2 hal yang berbeda dan bukan untuk dibenturkan, melainkan saling melengkapi. Tradisi adalah kebiasaan suatu kelompok, syariat adalah ajaran agama.

Sehingga ada juga yang berpendapat bahwa tidak ada yang namanya tradisi islam. Sebab islam bukan tradisi. Yang ada adalah tradisi jawa bernafaskan islam, tradisi arab bernafaskan islam, tradisi minang bernafaskan islam dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun