Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi
Mbah Dharmodumadi Mohon Tunggu... Dosen - Mbah Dharmodumadi / Wira Dharmadumadi Purwalodra adalah nama pena dari Muhammad Eko Purwanto

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kenyataan Tuh, Tak Seindah Mimpi?

1 Januari 2016   14:20 Diperbarui: 26 Oktober 2023   11:29 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Mbah Dharmadumadi Purwalodra

Hari ini merupakan awal tahun 2016, dimana seluruh resolusi sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari nantinya. Berbagai do’a dilantunkan seraya memohon agar di tahun ini perubahan demi perubahan kehidupan, baik secara individual maupun kolektif bisa terlihat secara nyata. Pada saat kita memikirkan rencana aktifitas dan target-target untuk dijalani di tahun ini, maka semarak mimpi-mimpi merebak bagai buih di lautan. Akankah kenyataan yang terjadi, bisa seindah mimpi-mimpi pada hari ini ?

Hampir setiap malam tahun baru masehi, nyaris seluruh manusia merayakannya dengan berbagai aktivitas yang memberi kita kesenangan, bahkan kita bermimpi tahun baru ini hidup kita bisa berubah lebih menyenangkan. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, kondisi hidup kita tidak pernah mengalami perubahan yang signifikan. Kita selalu terjebak pada mimpi-mimpi dari pikiran kita sendiri. Kita tak mampu merubah diri kita sendiri, agar situasi di luar diri kitapun bisa berubah. Kitapun menganggap perubahan itu datang dari luar diri kita, karena itulah kita akan selalu tenggelam dalam mimpi-mimpi kosong.

Sebenarnya, apa yang baru dari ‘tahun baru’ ini ?. Sementara waktu tetap berjalan, dan bumi tetap berputar pada porosnya. Hari tetap berganti dari pagi, siang, dan menuju malam. Yang baru dari tahun baru hanya pemaknaan kita, sebagai manusia pada waktu dan peristiwa. Apa yang berjalan secara rutin kini dipahami sebagai sesuatu yang lepas dari rutinitas, yakni kebaruan itu sendiri.

Mimpi-mimpi kita tentang tahun baru, akan membuai kita lalai dari masalah dan tantangan-tantangan baru yang perlu kita tanggapi secara tepat dan jernih. Tantangan dan masalah baru, yang lahir dari resolusi-resolusi kita sendiri itu, tidak bisa ditanggapi dengan kerangka berpikir dan tindakan-tindakan lama. Oleh karena itu tahun baru juga berarti keberanian untuk melihat dunia dengan cara-cara baru, yakni cara yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan. Tanpa keberanian semacam itu, tahun baru hanyalah merupakan tahun lama yang mengganti nama, namun tanpa mengubah substansi yang ada di dalamnya.

Sebagian besar kita mengira bahwa tahun baru menjanjikan harapan akan perubahan ke arah yang lebih baik. Karena itu, banyak orang membuat janji untuk melenyapkan kebiasaan jeleknya di masa lalu. Namun, tanpa pernyataan, ketegasan, dan tindakan konkret untuk mewujudkan harapan serta menggulirkan perubahan, maka perayaan tahun baru ini akan kehilangan maknanya, dan menjadi kebiasaan yang miskin substansi.

Kita juga mengira bahwa harapan dan kenyataan itu seindah mimpi, artinya kita menganggap antara harapan dan kenyataan itu berjalan secara linier, sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Ternyata tidak. Kita tidak menyangka bahwa kenyataan itu adalah sebagaimana adanya, tanpa bumbu kemelekatan yang dibuat oleh pikiran dan perasaan kita sendiri sebagai manusia. Kenyataan apa adanya adalah kenyataan sebelum kita memikirkannya dalam konsep dan bahasa. Di dalam kenyataan inilah, yang ada hanya satu hal, yakni kekosongan yang besar.

Perlu kita sadari bahwa kenyataan itu adalah kekosongan yang besar. Kenyataan adalah keadaan asali dari seluruh alam semesta. Ia juga menjadi bagian tersebar dari seluruh alam semesta. Segalanya lahir dari kekosongan besar, dan kemudian berakhir pada kekosongan semacam itu pula. Inilah pemahaman yang perlu kita sadari, dimana unsur terkecil dari sebuah partikel atawa materi adalah sebuah kekosongan. Hal ini merupakan hasil dari penelitian tentang astrofisika dan fisika modern yang menemukan, bahwa unsur terkecil materi adalah kekosongan.

Oleh karena itu, ketika kita memahami kenyataan, maka kita akan disadarkan untuk mampu melepaskan semua kemelekatan pada uang, nama baik, bahkan pikiran maupun perasaan kita. Karena di dalam kekosongan yang luas ini, orang akan menemukan kejernihan dan kedamaian. Kita lalu bisa menjalani hidupnya penuh kebahagiaan, sekaligus membantu orang lain dalam menjalani proses dalam hidupnya.

Sebenarnya, yang penting untuk hidup kita di tahun yang baru ini, adalah suatu kebebasan bathin, yakni kebebasan dari kemelekatan pada apapun. Kita mampu dan bisa berpikir, merasa, mencari uang, dan memperoleh nama baik, namun semua itu kita lihat hanya sebagai alat untuk membantu hidup kita sendiri, dan bukan tujuan dari hidup itu sendiri ?!. Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 01 Januari 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun