Mohon tunggu...
Mba Adhe Retno
Mba Adhe Retno Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

http://retnohartati.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pacaran Tidak Salah

30 Januari 2020   19:47 Diperbarui: 13 Februari 2020   00:43 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Retnohartati.8m.net

Jagakarsa, Jakarta Selatan | Beberapa waktu yang lalu, sekelompok kecil anak muda, entah dari mana, mengdeklarasikan 'Indonesia Tanpa Pacaran;' alasan mereka antara lain, pacaran tidak ada dasarnya dalam Kitab Suci. Juga, pacaran bukan suatu gaya hidup atau pun kebiasaan bangsa, jadi harus ditolak. Buat saya, deklarasi seperti itu, sah-sah saja; karena merupakan hak setiap individu menyuarakan idea, gagasan, serta pendapat, asal tidak mencaci orang lain.

Lalu, apa yang salah dengan pacaran, sehingga harus ditolak atau pun dihukum sebagai sesuatu yang tidak sesuai norma ketimuran atau pun nilai-nilai keagamaan?

Padahal, pacaran, sederhananya, adalah suatu bentuk interaksi sosial; interaksi yang bisa dilakukan atau terjadi pada siapan pun.

Pacaran adalah proses seorang laki-laki atau perempuan menemukan adanya kesepadanan antara keduanya, dengan tujuan membangun keluarga; suatu proses untuk saling mengenal antara dua orang (laki-laki dan perempuan).

Karena itu, masa pacaran adalah waktu untuk menemukan (dan temukan) pasangan yang tepat dan terbaik agar menjadi suami atau isteri, (Lengkapnya di situs saya, http://retnohartati.8m.net).  

Pacaran, bisa juga disebut langkah awal untuk menemukan pasangan yang paling tepat dalam rangka menikah atau membangun keluarga. Di dalamnya ada sejumlah aspek yang perlu penyusaian, disatukan, disamakan sehingga mencapai titik temu antara dua sosok (laki-laki dan perempuan yang pacara) sehingga ketika menikah, mereka bisa membangun masa depan keluarga sedini mungkin.

Jadinya, pacaran (maksudnya, pacaran menuju pernikahan dan dilanjutkan dengan pertunangan) bisa disebut sebagai tahap-tahap awal penyusaian diri sebelum membangun keluarga. Jika seperti itu, apa yang harus ditakutkan?

Beberapa rekan kerja, tentu-tentu dari kalangan mama-mama muda yang punya putera/i mulai remaja, siang tadi pada bincang saat makan, mengisahkan tentang super boy dan super girl mereka yang sudah 'pacaran monyet.' 

Ada yang menyambung bahwa itu, biasa-biasa saja; lainnya menyatakan, perlu dilarang, dst dan dst.

Faktanya, mama-mama muda tersebut tidak melarang super boy dan super girl mereka pacaran. Mau tak mau, mereka 'menerima' sebagai bagian dari aktualisasi diri serta interaksi sosial.

Jadi, jika tidak bisa dilarang, maka apa yang harus dilakukan. Ini yang perlu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun