Mohon tunggu...
ariya
ariya Mohon Tunggu... profesional -

Ariya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ya...Allah, "Batu Besar" yang Engkau Lemparkan Padaku, Bukan "Batu Kerikil" Untuk Mengingatkanku

30 November 2013   18:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:29 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun lalu, saya memiliki seorang sahabat yang hobby mengirimkan kata-kata mutiara atau kalimat-kalimat bijak yang dikirimkan kepada semua sahabat dan relasinya termasuk kepada saya. Salah satu kalimat bijak yang masih tertanam dibenak saya adalah yang berjudul "Batu Kerikil". Intinya adalah, Allah memiliki cara untuk menegur atau mengingatkan hambanya dengan melalui "Batu Kerikil".

Dalam kehidupan sehari-hari, hal itu bisa dikiaskan dengan apabila kita sedang berjalan dan kemudian salah jalan maka kita perlu di "lempar" batu kerikil dari atas supaya kita mau mendongakan kepala dan kemudian menyadari kesalahan kita. Dengan lemparan "batu kerikil"  itu kita tersadar dan kemudian mengingat sang Maha Pencipta, teguran berupa "batu kerikil" itu bisa berbentuk musibah kecil atau kecelakaan-kecelakaan ringan yang menimpa diri kita atau keluarga kita atau sahabat-sahabat kita. Dan hebatnya, kita ditegur tanpa kita merasa sakit atau terluka. Yang ada mungkin hanya terkejut atau shock sesaat saja.

Namun, dalam kehidupan saya sekitar 2 bulan belakangan ini saya merasa juga ditegur oleh Allah SWT namu saya merasa bukan ditegur dengan lemparan  "batu kerikil" yang membuat saya mendongakkan kepala dan mengingat Sang Maha Pencipta. Saya justru merasa dilempar "batu besar" yang memang juga membuat aku tersadar akan semua dosa dan kesalahanku, namun aku juga merasa menjadi tidak berdaya tertindih "batu besar" itu.

Sahabat kompasiana bisa membayangkan, bagaimana rasanya  jika orang-orang yang kita cintai mengalami musibah dan kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk meringankan atau membantunya. 2 Bulan lalu saya mengantar bapak kandung saya berobat ke sebuah klinik kecil di kota kecil tempat bapak saya tinggal. Hasil observasi dokter menyatakan bahwa bapak saya harus di opname, setelah berembug dengan bapak dan ibu saya, akhirnya kami putuskan untuk rawat jalan saja

Sebulan kemudian hampir bersamaan, disaat bapak masih belum 100% sehat,  Allah kembali menguji iman saya dengan musibah yang menimpa ibu saya. Pagi itu dengan mata kepala sendiri saya melihat bagaimana ibu kandung saya jatuh terpeleset di dapur ketika sedang membawa panci berisi air panas. Ibu jatuh tengkurap dengan posisi panci dan air panas tumpah menyiram kaki ibu saya hingga melepuh. Masih untung ketika jatuh ibu tidak menimpa penggorengan dan kompor yang sedang menyala yang hanya berjarak beberapa cm diatas ibu saya yang terjatuh. Dan tidak lama dari kejadian itu, bapak mertua saya pun mengalami musibah yaitu punggungnya kejatuhan kayu blandar dan mengalami patah tulang pada lengan dan tulang belikan (tulang dibawah leher) yang menurut dokter harus dilakukan bedah tulang dan pemasangan pen.

Sahabat kompasiana, tiga kejadian yang hampir bersamaan dan menimpa orang-orang yang saya cintai ini begitu menyentak saya.  Apakah ini semua adalah teguran dari Allah kepada saya ?. Jika itu adalah teguran  kenapa "batu besar" yang dilemparkan kepada saya?. Kenapa bukan "batu kerikil" saja yang sebenarnya sudah  cukup membuat saya mendongak keatas dan selanjutnya menyadari semua dosa dan kesalahan saya?

Apakah itu karena dosa saya yang terlalu besar sehingga Allah harus menegus saya dengan melempar "batu besar" ?

Apakah dosa dan kesalahan saya selama ini sudah terlalu besar dan sulit untuk diampuni sehingga Allah menghukum saya, dengan memberikan musibah kepada orang-orang yang saya cintai?

Saya yakin Allah Maha Pengasih dan Masa Penyayang, terbukti Allah masih memberikan umur panjang kepada saya. Mungkin ini cara Allah memberikan saya kesempatan untuk bertobat dan memberi saya waktu untuk memperbaiki kualitas hidup saya dimasa yang akan datang. Mungkin  ini juga cara Allah untuk menegur saya, bahwa saya masih memiliki orang tua dan mertua yang harus saya sayangi dan saya urusi dengan penuh ketulusan hati. Yah, saya yakin dengan saya masih diberi umur panjang berarti Allah masih memberikan saya kesempatan untuk memperbaiki diri.

Hanya saja, sebagai manusia biasa saya merasakan teguran Allah ini terasa begitu berat. Dan saya merasa ini bukan hanya sebuah teguran biasa. Bisa jadi ini adalah "teguran keras" plus hukuman dari Allah kepada saya. Mungkin saya selama ini lalai dalam menjalankan perintah-peritahnya, mungkin saya selama ini khilaf melakukan segala larangannya, jadi Allah merasa perlu mengingatkan saya dengan cara melempar "batu besar" yang hampir membuat saya tidak berdaya.

Yah, 3 kejadian ini menyadarkan saya, (1) Bahwa saya masih beruntung memiliki orang tua lengkap dan mertua lengkap yang harus saya sayangi. Saya harus berbakti dan mengabdi untuk mereka. (2) saya menjadi sadar, bahwa tanpa saya sadari ternyata sudah banyak dosa yang saya perbuat baik yang saya sengaja maupun tidak disengaja, (3) Bahwa segala perbuatan buruk sekecil apapun akan ada balasan atau hukumannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun