Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Rubaiyat" Karya Jalaludin Rumi: Sejauh Mana Dirimu Membawamu Kembali?

6 November 2022   19:19 Diperbarui: 7 November 2022   22:25 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rubaiyat karya Maulana Jalaludin Rumi, foto dari penulis

Hal yang membuatnya iri sederhana, sebab Jalaludin Rumi merupakan seorang alim ulama yang kaya dan bergelimang harta, sementara temannya ini hidup dalam kemiskinan.

Kemiskinan yang menghadapinya bukan tanpa sebab, karena sebagai seorang yang bergelut pada dunia tasawuf maka adalah hal yang lumrah untuk meninggalkan kehidupan dunia dan berperilaku zuhud. Temannya ini hidup disamping pantai, memakan tulang ikan yang ia temukan hanya karena kezuhudannya.

Maka ketika ia bertemu dengan Jalaludin Rumi, berpendapatlah temannya ini "Duhai Rumi! Mengapa engkau jadikan dunia sebagai singgasanamu, mengapa engkau tidak berperilaku zuhud? Mengapa engkau jatuh dalam kemewahan dunia?"

Maka Jalaludin Rumi dengan santai berkata "Wahai kawanku, ketahuilah bahwa sesungguhnya zuhud bukan berarti miskin papa dan menderita, kehidupan dunia tidak pernah menggenggamku namun akulah yang menggenggamnya, tidak sepertimu yang memakan tulang ikan agar engkau berperilaku zuhud namun di hatimu engkau menginginkan kenikmatan dunia yang kumiliki"

Baca Juga: Kedai 1001 Mimpi: Apa Yang Kau Cari ke Arab Saudi?

Selanjutnya ketika saya semakin dewasa, saya menemukan buku karya Jalaludin Rumi, sebuah kitab Fihi Ma Fihi yang membuat saya lebih dalam menyelami dunianya. 

Tidak seperti puisi-puisi Jalaludin Rumi yang multitafsir, kitab Fihi Ma Fihi nyatanya lebih mudah masuk ke logika, sebab mungkin diisi dengan penjelasan dan prosa-prosa yang indah. Bahkan Fihi Ma Fihi, kendati tidak semua ilmunya terserap oleh saya, namun saya menyadari bahwa saya telah terkontaminasi oleh beliau dan bahkan menjadikan pemikirannya menjadi salah satu landasan pemikiran dalam hidup saya.

Namun Rubaiyat? Sebagai buku puisi yang harus ditafsir, saya mati kutu. Entah mengapa, sebab saya rasa dialektika saya tidak mencapai ilmu setinggi beliau.

Namun dari blurb dan kata pengantar buku ini, Kuswadi Syafie'e selaku penerjemah mengatakan bahwasanya Rubaiyat adalah salah satu karya besar Jalaludin Rumi, dan selanjutnya Kuswadi sedikit menafsirkan beberapa syair Rumi dan menjabarkannya lebih lebar, namun saya tetap tidak bisa memahaminya.

Akan tetapi sebelum saya mencoba menafsirkan beberapa, alangkah lebih baik saya menerangkan dulu perihal fisik bukunya, sebab siapa tahu anda juga tertarik untuk menafsirkan sendiri buku ini.

Mengenai kitab Rubaiyat, seperti yang saya katakan sebelumnya ia berisi puisi-puisi karya Jalaludin Rumi, dan dalam buku ini, setidaknya ada 50 puisi karya beliau yang termuat bersama ilustrasi-ilustrasi yang nampaknya untuk memudahkan pembaca berimajinasi dan memahami keinginan Jalaludin Rumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun