Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Pohon Bambu

24 April 2022   18:23 Diperbarui: 24 April 2022   18:54 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Raedon Dari Pixabay

Filsafat Pohon Bambu

Ketika saya masih kecil rumah ini hampir diisi pohon-pohon bambu yang menjulang menghalau sinar matahari. Mereka laksana gedung pencakar langit dengan lapis zamrud yang angkuh, daun-daun mereka yang kering juga kerap menjadi kompos dengan alami sehingga dibawah dedaunan itu para cacing bisa lama bersemedi.

Pohon bambu hidup di desa kami dengan segala mitos yang dikandungnya, terlepas dalam bambu tersebut jin kerap menampakkan diri atau malam-malam menjadi kelam karena kelelawar tinggal disana. Namun kami menghormati bambu dengan sampah-sampah yang ditinggalkannya, kami membuatnya menjadi berguna dengan memanfaatkan setiap bagian yang mereka miliki, entah menjadi pagar, anyaman, kerajinan, atau menjadi bahan bakar untuk dapur. Kami semua hidup dengannya selama berabad-abad, dan pohon-pohon itu adalah saksi bisu kehidupan kami.

Semakin saya dewasa saya semakin menyadari bahwasanya pohon bambu bukan hanya sekedar pohon bambu, dalam buluk-buluk mereka tersimpan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan menunggu waktu untuk dibaca. Namun melalui artikel singkat ini, kita akan membaca lebih buluh bambu dengan pandangan yang lebih terbuka.

Pohon Bambu Sebagai Manusia Yang Menunggu

Jika diibaratkan manusia, maka pohon bambu sebenarnya diibaratkan manusia bijak pada umumnya sebab ia berbeda. jika setiap pohon adalah manusia mungkin pohon bambu adalah makhluk jenius yang diciptakan Tuhan di Bumi, atau setidaknya mereka adalah manusia autis yang memang terlahir berbeda agar bisa melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

Pohon bambu sangat berbeda dengan pohon-pohon lainnya sebab pertumbuhannya tergolong lama. Berbeda dengan pohon jambu yang tumbuh dan kemudian memproduksi buahnya, bambu lebih pendiam, melihat peradaban yang cepat berlalu sembari belajar daripadanya.

Akar bambu yang serabut akan menusuk tanah dan masuk sedalam-dalamnya disaat pohon-pohon lain melesat tinggi dan mengejeknya. Hanya Tuhan yang tahu kemana akar-akarnya tersebut menggurita, dan hanya mineral yang tahu betapa cepatnya perkembangan akar-akar tersebut.

Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan namun pohon bambu mengajari kita untuk menunggu, sebab di waktu yang tepat secara tiba-tiba mereka melesat lebih tinggi daripada yang lain, terus meninggi dan meninggi sampai pohon tersebut sanggup melihat peradaban yang berkembang dibawah sinar yang terik.

Berbeda dengan manusia yang instan dan mengharapkan keajaiban, pohon bambu menunggu dan menunggu sembari terus belajar dari kehidupan. Ia tidak ingin seperti pohon-pohon lain yang ambisius untuk tumbuh namun ujung-ujungnya mati karena tidak ada persiapan. Laksana bisnis, pohon bambu menghabiskan separuh hidupnya untuk menunggu waktu yang tepat untuk bangkit, kemudian membalikkan cemoohan menjadi kekuatan sampai dirinya lebih tinggi dari siapapun.

Warren Buffet, Elon Musk, Jeff Bezoz, maupun Mark Zuckenberg adalah contoh nyata dari pohon bambu yang terus menunggu waktu yang tepat agar apa yang mereka bangun dikenal dunia. Namun itu tidak segampang yang diperkirakan sebab menunggu membutuhkan waktu, dan dilain sisi penungguan kita harus berperang dengan nafsu dan hasrat untuk menginginkan segala sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun