Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PNS Mungkin Mati, tetapi Guru akan Selamanya Abadi

27 November 2021   04:16 Diperbarui: 27 November 2021   04:29 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PNS Mungkin Mati, Akan Tetapi Guru Akan Tetap Abadi

Berita tentang kiamat PNS semakin marak terdengar ke seantereo negeri. Bagi saya pribadi, ini mungkin pelarian pemerintah dari banyaknya uang yang harus dibayarkan kepada PNS beserta tunjangan-tunjangannya. Lagipula hutang telah membengkak dengan parah, dan apalagi yang bisa dilakukan pemerintah kita selain menyembunyikan boroknya?

Namun para pembawa berita sungguh baik, mengatakan bahwasanya Indonesia tiada lagi akan menggunakan guru karena akan mengedepankan tekhnologi Artificial Intelegent. Untuk menjadi sebuah bangsa yang maju katanya, bukankah hal tersebut adalah suatu hal yang wah sebagai argumentasi?

Greget Indonesia yang ingin menjadi bangsa yang maju memang telah terdengar semenjak dulu, dari pembangunan infrastruktur yang konon menjadikan hutang Indonesia tidak terkontrol sampai kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya, termasuk kebijakan kali ini.

Dan naasnya pula bukan hanya PNS yang akan mati, melainkan juga petani. Jika PNS akan mati karena pergerakan Indonesia dari negara berkembang menuju negara maju, petani mati karena tiada lagi minat dalam diri anak muda untuk menjadi petani, adanya cap petani sebagai pekerjaan paling rendah selain nelayan tentu menambahkan kemungkinan hal ini terjadi.

Namun terkadang saya pribadi bertanya, bijakkah Indonesia melepaskan gelar PNS, yang menandakan bahwasanya hal tersebut adalah tanda penghormatan terhadap guru? Bukankah berkali-kali pula kita mengoarkan bahwasanya guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa?

Lalu dapatkah robot menggantikan peran guru seutuhnya?

Bagi saya tidak dan tidak akan mungkin. Robot hanyalah kecerdasan buatan yang akan bergerak melalui sistem yang telah diberikan, robot tidak akan pernah bisa menggantikan emosi yang dimiliki guru, juga nilai-nilai spiritual yang dimiliki guru tersebut.

Robot hanyalah rangkaian besi yang terdiri dari kabel-kabel, mana mungkin mengajari manusia yang nyatanya terbuat dari serangkaian daging, tulang, urat, dan syaraf? Itu hanya akan menjadi suatu kemustahilan belaka.

Hal selain spiritual dan emosi yang tidak dimiliki robot, adalah tata cara mengajar dan feedback balik antara guru dan murid. Ketika murid menangis contohnya, guru bisa menjadi manusia pertama yang akan mengelus kepala sang anak dan meminta sang murid untuk berdamai dengan yang lainnya. Dan secara tidak langsung, akan ada pertukaran emosi disana, dari hati ke hati. Sementara robot? Dapatkah ia memenuhi hal tersebut? Dapatkah seonggok besi yang digerakkan baterai dan listrik menguraikan rasa dan emosi?

Guru memang kerapkali melakukan kesalahan juga dalam kelas, entah karena emosi mereka meledak maupun metode mereka yang salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun