Mohon tunggu...
Didi Widyo
Didi Widyo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN Pendidik

Pendidik, Trader

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rossi vs Lorenzo: Locus Control Internal vs External

14 Oktober 2015   20:10 Diperbarui: 14 Oktober 2015   21:49 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rossi vs Lorenzo"][/caption]

Sirkuit Aragon Spanyol

Bagi yang sempat menonton seri ke 14 GP Aragon pada Minggu malam, 27 September kemarin, mungkin sepakat balapan ini merupakan salah satu balapan paling menarik, seru, mendebarkan dan lain-lain. Memang menarik dan serunya bukan Lorenzo yang akhirnya meraih posisi pertama, tetapi tentang duel Pedrosa dan Rossi yang saling overtake. Kedua pembalap ini memberikan sisi lain dari balapan yaitu hiburan MotoGP (tentu saja deg2an juga), mirip Muhammad Ali di dalam tinju yang selalu menyajikan hiburan kepada penonton.  

Akhirnya Rossi di posisi ke tiga, dan bisa jadi dongkol dengan dengan aksi Pedrosa yang kali ini berbeda, lebih gigih dan tak dapat dikalahkan. 

 

[caption caption="Rossi vs Lorenzo "]

[/caption]

 

Berbeda dengan balapan Aragon, seri berikutnya di Motegi Jepang balapan nampak biasa saja. Bagi Lorenzo walau meraih posisi ketiga (di belakang Pedrosa dan Rossi),  dia masih kecewa berat, karena harapan untuk menjadi Juara sejati musim ini hampir kandas dengan selisih 18 poin dengan Rossi. Rossi masih memimpin klasemen dengan 283 poin, di susul Lorenzo dengan 265 poin. Dengan fakta ini memang skenario perubahan posisi puncak klasemen bisa saja terjadi.

Setelah Motegi, balapan GP tahun ini masih menyisakan 3 seri yaitu di Phillip Island Australia 18 Oktober, Sepang Malaysia 25 Oktober, dan Ricardo Valencia 8 November.

 

Sikap Rossi dan Lorenzo

Terkait posisi klasemen sementara, dan jalannya balapan sepanjang seri tahun ini, Rossi dan Lorenzo mempunyai sikap yang berbeda. Pada seri Aragon, Rossi tenang-tenang saja ketika banyak komentator mengatakan, "Rossi diasapi Lorenzo". Namun sebaliknya Lorenzo menyatakan timnya salah memilih ban, termasuk alasan-alasan lain di seri yang lain. Begitu pula menyikapi duetnya bersama Rossi di Yamaha, "Saya tak begitu mengenal dia".

Di dalam psikologi dua sikap yang berbeda ini menunjukkan lokus kontrol (locus of control) yang berbeda. Rossi memiliki lokus internal, sedangka Lorenzo eksternal, atau cenderung eksternal.

 

Locus of Control

Locus of Control atau lokus kontrol, atau lokus kendali merupakan kendali individu atas pencapaian dan atau keberhasilan diri. Lokus kontrol ini terbagi dalam dua jenis, yaitu lokus kontrol internal dan eksternal. Lokus internal mencirikan seseorang yang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya. Sedangkan lokus eksternal mencirikan individu yang mempercayai bahwa keberhasilan dan kegagalan mereka lebih dikarenakan faktor di luar dirinya.

Konsep atau teori lokus kontrol pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Konsep ini banyak diterapkan di dunia pendidikan untuk mendorong peserta didik bagaimana seharusnya menghadapi tugas dan capaian belajarnya.

[caption caption="Rentang Locus of Control. www.examixer.com"]

[/caption]

Seseorang yang mempunyai lokus internal akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilakunya turut berperan di dalamnya. Pada individu yang mempunyai lokus eksternal memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, dan banyak faktor di luar dirinya yang paling menentukan.

Dengan demikian individu dengan lokus internal akan lebih memiliki keinginan yang kuat, untuk merangcang kehidupannya. Membangun mimpi, visi dan dan merencanakan misi dan tujuannya. Orang dengan lokus eksternal, sebaliknya.

Semakin bertambahnya umur seseorang, memang akan berpengaruh. Lorenzo yang lebih muda, yang lebih meledak-ledak dan Rossi "The Doctor" yang cukup umur dan tentu saja lebih matang.

Bagaimana para Pejabat?

Melihat para pejabat kita yang sering menyalahkan faktor luar, kemudian menyalahkan kambing hitam yang tidak mengerti apa-apa ketika terjadi kegagalan dan kekacauan, bisa dinyatakan bahwa para pejabat kita memiliki lokus eksternal. Mereka harus belajar bagaimana memiliki lokus internal, lebih dewasa..

Bagaimana dengan kita?

 sumber ilustrasi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun