Mohon tunggu...
Ayuningtias
Ayuningtias Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Psychologist

Clinical Psychologist @Siloam Hospitals Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Kesadaran Akan "Oxygen Mask Principle" dalam Psikologi

16 Januari 2021   11:54 Diperbarui: 16 Januari 2021   11:57 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://wearekidmin.com/blog/put-your-oxygen-mask-first

Apabila tekanan udara di kabin berkurang secara tiba-tiba, masker oksigen akan keluar. Tarik masker oksigen ke arah Anda, pasang menutupi mulut dan hidung, kaitkan karet di kepala, dan bernafaslah seperti biasa. Penumpang yang membawa anak-anak harus mengenakan masker terlebih dahulu, sebelum mengenakan masker kepada anak Anda"

Kalimat di atas terasa tidak asing lagi bukan? Kalimat tersebut biasanya akan selalu  diucapkan oleh pramugari di dalam pesawat ketika memberikan pengumuman sebelum pesawat lepas landas. Alasan mengapa kita harus menolong diri kita dulu menggunakan masker yaitu karena pada  saat dekompresi kabin (tekanan udara berkurang secara tiba-tiba), maka udara akan tertarik dengan cepat sehingga penumpang hanya memiliki waktu 30 detik sebelum merasa kekurangan oksigen dan membuat pusing. Jika masker oksigen belum terpasang lebih dari 45 detik maka penumpang akan pingsan  (dikutip dari cnnindonesia.com)

Lalu apa hubungannya hal tersebut dengan ilmu psikologi? Sepertinya kok jauh sekali relevansinya antara pesawat dan ilmu psikologi ya? Penasaran? Mari kita bahas bersama di artikel ini, dengan contoh yang saya temui di salah satu kasus di praktik saya sehari-hari.

Kasus

Beberapa bulan yang lalu, seorang ibu membawa anak laki-lakinya yang berusia 8 tahun ke tempat praktik saya dengan keluhan: anak ini susah sekali diajak untuk kooperatif untuk mengikuti kegiatan belajar online, lalu sering marah-marah membanting barang , hampir selalu membantah ucapan ibunya, dan bersikap "membangkang"

Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, ternyata ditemui fakta-fakta sebagai berikut:

  • Ibu ini sedang dalam proses perceraian dari suaminya yang ternyata terbukti tidak setia dalam rumah tangganya,
  • Ibu ini adalah seorang ibu pekerja yang memiliki jabatan penting di sebuah perusahaan yang cukup ternama dan memiliki kesibukan tinggi. Di masa pandemi Covid-19 ini, si ibu diwajibkan lebih banyak Work From Home (WFH) dengan beban kerja yang sama beratnya dengan yang dihadapinya di kantor, ditambah kesulitan untuk mengkoordinasi dan berkomunikasi dengan bawahannya.
  • Ibu ini berada dalam kondisi mental / psikologis yang tidak baik, di mana ia mengalami kelelahan dalam hidup dan pekerjaannya sehingga di rumah ternyata ia tidak punya waktu lagi untuk memberikan perhatian yang cukup kepadanya anaknya dan sering sekali menumpahkan kemarahannya kepada si anak.

Berdasarkan uraian kasus singkat di atas, apa yang sebenarnya dapat kita pelajari? Ya, tepat sekali. Sebenarnya siapa yang "lebih" bermasalah jika ditinjau dari kasus yang terjadi ini? Ibunya bukan? Tepatnya si ibu yang sedang mengalami tekanan psikologis dalam kehidupannya.

Abraham Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki "kebutuhan" atau "needs" yang dapat digambarkan sebagai sebuah piramida . Kebutuhan manusia akan Love and Belonging Need merupakan kebutuhan sosial yang "wajib" dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis (physiological need) dan  kebutuhan akan keamanan (safety need). Dalam kasus di atas terlihat bahwa ibu ini saat ini sedang mengalami masalah terkait dengan hubungan atau relasinya dengan suaminya. (Hoffman, Edward 1999).

Saat berada dalam situasi yang tidak menyenangkan atau membuat tidak nyaman, menurut Sigmund Freud, manusia akan mengeluarkan mekanisme pertahanan diri untuk "bertahan" dalam situasi tersebut. Kasus ibu tersebut jika dibahas dari sisi psikologi tentang mekanisme pertahanan diri, juga menunjukkan bahwa si ibu menggunakan jenis mekanisme displacement yang berarti ia mengganti objek kemarahannya yang seharusnya ditujukan kepada suami dan melampiaskannya kepada si anak. (Mitchell, S & Black, M 1995).

Jadi kesimpulan akhir apa yang dapat kita ambil dari uraian di atas? Dalam kehidupan sehari-hari,  sangatlah penting bagi kita untuk menyadari atau mengetahui kondisi psikologis kita terlebih dahulu sebelum kita dapat membantu orang lain di sekeliling kita. Jangan buru-buru kita "menuduh" bahwa orang lain yang memiliki masalah. Ingat, Anda harus membantu diri Anda terlebih dahulu sebelum Anda dapat melakukan sesuatu untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun