Mohon tunggu...
Mayla Zahwa Syabania
Mayla Zahwa Syabania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

menulis,membaca, dan bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Menjadi Santri

18 Oktober 2022   14:30 Diperbarui: 18 Oktober 2022   14:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga tahun yang lalu, di pagi yang cerah Zahwa bangun dari tidurnya, jam menunjukkan pukul 04.00 waktu dimana ia harus turun ke aula untuk melaksanakan shalat tahajud dan menunggu waktu shalat subuh sambil melantunkan ayat suci Alquran dan membaca shalawat nabi, zahwa bergegas untuk mengambil air wudhu dan segara menuju aula bersama teman kamarnya yaitu Ica, Muti, dan Aida dan hari ini tepat seminggu Zahwa menuntut ilmu di pesantren.


Kegiatan di hari Minggu ini ialah penjengukan para santri, penjengukan tersebut merupakan penjengukan pertama bagi para santri baru yang dimulai pukul 07.30 - 15.30. Sebelum kegiatan penjengukan di mulai, para santri memiliki agenda rutin setiap minggunya.
"Aduh aku ga sabar sekali untuk bertemu     orang tua ku hari ini"  ucap zahwa, Ica pun menjawab  "Tinggal hitungan jam nih kita bertemu orang tua kita ya, oh iya tak terasa ya kita sudah satu Minggu di pesantren"
" Aduh aku excited sekali teman" ujar Muti
Aida yang masih mengantuk pun tiba-tiba mencetus "aduh aku masih ngantuk, nanti bangunin ya kalau adzan subuh". 

Dia sudah bilang seperti itu, padahal kami belum sampai aula. Yap kami sudah tau kalau Aida tidur seperti kebo, kami sudah tidak kaget lagi dengan sosok Aida yang seperti ini. Setelah shalat subuh selesai, kami bergegas menuju asrama untuk mengganti pakaian olahraga.
"To all student please go come down right now, because sports activities Will be start in five minute" ucap seorang ustadzah.
Peringatan bahwa kami harus bergegas untuk ke aula, karena kegiatan tersebut segera dimulai.

Mereka pun bergegas menuju aula dengan perasaan senang untuk melakukan senam bersama.
Senam tersebut dipimpin oleh kelas 12. Senam pun di ikuti dengan kompak oleh santri dan para ustadzah. Kegiatan tersebut berlangsung selama 1 jam 30 menit. Setelah senam selesai dilanjut dengan kegiatan piket, yang mana piket tersebut dibagi- bagi menjadi dua bagian, yang pertama beberapa santri melakukan piket di kamar masing- masing dan beberapa santri juga ada yang melakukan piket bagian aula, ruang makan, kamar mandi, tangga, buang sampah, dan lorong kamar. 

Sebelum piket dilaksanakan para santri dianjurkan untuk makan terlebih dahulu. Ica, Muti, dan Aida pun tidak selera makan karena ia ingin  segera bertemu orang tuanya. Zahwa berkata "aku gamau makan ah". Muti menjawab "hmmm, kenapa wa?"
"Aku tau, aku tau pasti kamu mau makan masakan mama mu saja kan wa?" jawab Ica sambil tertawa. Zahwa pun menjawab "yap betul sekali kamu maritza, aku ga sabar makan masakan mama ku yang lezat sekali"
Zahwa pun bergegas menuju kamar untuk merapikan tempat tidur,  sedangkan Ica dan Muti bergegas untuk mengambil makan pagi ini.


Tetapi tidak semua santri makan di Minggu pagi, biasanya mereka menunggu orang tuanya yang membawakan makanan untuknya. Setelah makan, kami bergegas untuk melaksanakan piket kamar, Zahwa dan Ica membersihkan kamar tidur sedangkan Muti dan Aida membersihkan koridor kamar.
Waktu berjalan begitu cepat, sudah banyak orang tua yang berdatangan untuk menjenguk anaknya. "Aku sudah selesai piket kamarnya ya, sekarang aku mau mandi duluan ca ya" ucap zahwa, Ica menjawab "aduh, kamu ga sabar sekali ya, habis mu mandi tolong bangunin aku ya" Zahwa pun menjawab "hmmm, baiklah kalo macam tu" Zahwa pun langsung bergegas menuju kamar mandi. Zahwa pun selesai dari mandinya dan langsung membangunkan Ica
"Ca, bangun aku udah selesai mandi ni" ucap zahwa, tidak cukup membangunkan Ica hanya sekali, Zahwa pun terus membangunkannya hingga ia bangun dari tidurnya.

Zahwa sangat tidak sabar, karena satu persatu teman temannya dipanggil untuk menuju aula karena orang tuanya sudah datang. Zahwa menunggu sambil membaca novel yang berjudu "Assalamualaikum Calon Imam". Tibalah namanya pun dipanggil oleh ustadzahnya  "calling for sister Zahwa please  come right now, bacuse your parents waiting for you", Zahwa pun segera bergegas untuk bertemu orang tua nya di aula.
 Zahwa menghampiri kedua orangtuanya, ia Salim dan berpelukan kepada ayah dan ibunya sambil menahan rasa tangis.

 "Mama, papa sehat?" Ucap zahwa dengan nada ingin menangis. Kedua orangtuanya pun menjawab " Alhamdulillah sehat, ade gimana kabarnya?" Zahwa pun menjawab "Alhamdulillah aku sehat juga ma, pa" padahal semenjak awal masuk pesantren Zahwa dan Ica tidak makan nasi selama 4 hari, ya mereka belum betah sebenarnya.
Zahwa melihat salah satu teman kamarnya yang bernama Nisa sedang menangis kepada orangtuanya. Lalu Zahwa menghampiri Nisa tersebut "sa, kamu kenapa?" Ujar zahwa, lalu ibunya menjawab "dia belum betah nak, ia ingin pindah sekolah" sontak saja Zahwa kaget akan perkataan orang tuanya Ica tersebut "Sa, ini masih awal tau, jadi wajar aja kalau kita belum betah kan masih adaptasi" ujar zahwa.


Tetapi Nisa masih terus menangis dipangkuan sang ibu dan meminta untuk pindah sekolah "masih awal nak, gapapa kalau belum betah nanti lama-lama kamu juga betah disini sayang' ucap perkataan ibu Nisa. Setalah Zahwa menghampiri temannya itu, ia segera kembali kepada orangtuanya sambil menangis "mah, aku mau pindah ge betah aku disini mah" ucap zahwa yang membuat orang tuanya terkejut, ibunya Zahwa pun menjawab "Adek, dari awal kan mama sudah tanya kalau Adek mau pesantren tuh kemauan Adek atau tidak? Tapi kenapa sekarang Adek mau pindah, apa alasannya?" Zahwa masih menangis tersendy-sendu ia tidak berani menatap wajah sang ayah. "Mau pindah sekolah kemana? Tanya sang ayah dengan nada yang cukup tinggi. Zahwa tetap saja menangis,ia tidak berani untuk membantah perkataan orang tua nya yang ia lakukan hanya lah menangis. "Kalau kamu pindah, kamu akan ketinggalan banyak pelajaran, dan beradaptasi lagi dengan orang baru" ujar sang ayah, "sekarang kamu jalani aja ya pelan-pelan kehidupan disini, insyaallah semua akan terbiasa ya dek" ujar sang ibu. Zahwa pun semakin histeris karena ia tidak diperbolehkan pindah dari sekolah tersebut


"Aku ga betah ma, ga betah aku" ucap zahwa yang sambil menangis "lalu kamu ingin sekolah dimana?" Ujar sang ayah dengan nada yang tinggi, lalu ibunya pun menjawab "bismillah, ini sekolah kan pilihan kamu jadi kita harus jalani dengan ikhlas dan yakin ya sayang" Zahwa pun semakin menangis dipangkuan sang ibu. Sang ayah berkata "sudah jangan menangis, malu kamu sudah SMA diliatin sama adik kelas kamu tuh" ibunya pun menjawab "udah dek, gausa nangis ayo kita makan aja yuk" Zahwa pun menjawab "aku gamau makan" sang ayah pun langsung menjawab "sudah besar kamu, harus mandiri cepat makan" perintah sang ayah. Lalu mereka pun makan bersama di aula lantai 1. Setelah mereka makan,  zahwan pun berkata "aku dari 4 hari yang lalu, belum makan nasi" sang ibu pun kaget "kenapa ga makan dek, makan yah jangan kaya gitu ga baik untuk kesehatan kamu"
"Aku gak nafsu makan mah" ucap zahwa, lalu sang ayah berkata "makan, walaupun tidak nafsu kamu harus makan Zahwa". Sebenarnya kedua orangtuanya sudah mengetahui bahwa anaknya tidak makan karena belum betah di pesantren tersebut.
"Kamu harus jalani ini semua dengan ikhlas ya, karena kalo kamu ikhlas semua akan terasa nikmat dek" ucap sang ibu, lalu Zahwa menjawab "iyaa, doain aku terus ya pa ma semoga aku betah dan bisa membanggakan mama papa" ucap zahwa sembari memeluk kedua orangtuanya dan menahan tangis.


" Kami selalu mendoakan, kita bangga sama Zahwa karena sudah menjadi anak yang hebat" ucap sang ayah sembari mencium kening putrinya. Akhirnya mereka pulang dan Zahwa mengantarkan kedua orangtuanya sampai ke tempat parkir. "Ma pa, hati-hati ya" ucap zahwa sembari mencium tangan kedua orangtuanya lalu ibunya menjawab "iya nak, kamu makan ya jangan sampai tidak makan lagi" mereka berpelukan lagi sebelum keduanya pulang "mama papa pulang ya dek" ucap sang ayah sambil tersenyum "iyaa, hati-hati" ujar zahwa sembari melambaikan tangan. Dan Zahwa pun kembali ke asrama dengan membawa makanan yang telah dibawakan oleh orang tua nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun