Mohon tunggu...
Mayestieka AlivhyanneRM
Mayestieka AlivhyanneRM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tawakal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Seorang Penjual Kopi Asongan yang Tidak Ingin Ketergantungan dengan Anaknya

10 Desember 2021   21:14 Diperbarui: 10 Desember 2021   21:19 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumentasi pribadi

Dibalik keramaian Kota Yogyakarta terdapat seorang bapak yang sudah tua renta.  Beliau berprofesi sebagai penjual kopi asongan yang sudah bekerja 3 tahun lamanya.

 Beliau adalah Bapak Sujio yang berumur 67 tahun asli dari Kota Yogyakarta yang memiliki 1 anak perempuan. Beliau bekerja dari tahun 2018 hingga saat ini. Sebelumnya ia bekerja di suatu proyek pembangunan dari tahun 1992 hingga 2018. Beliau pernah membangun proyek seperti di gedung UGM, UMY dan lainnya.

Di tahun 2018 ia mendapat tawaran menjadi komunitas penjual asongan di Malioboro. Beliau memutuskan untuk menerima tawaran dan menetap karena menurut beliau pekerjaan ini dirasa lebih nyaman untuk dijalani. "Saya rasa lebih enak bekerja seperti ini dibandingkan kerja di proyek sebelumnya, karena jam bekerja di proyek lebih terjadwal dan memiliki peraturan sendiri" ujar Bapak Sujio.

Bapak Sujio menjual berbagai minuman sachetan mulai dari kopi hitam, kopi susu, drink bengbeng, susu, dan sebagainya. Beliau menjual dengan harga yang terjangkau mulai dari 5000 per minuman. Rumah beliau tidak jauh dari tempat ia berjual, sehingga pulang pergi beliau hanya berjalan kaki. Biasanya Bapak Sujio mulai bekerja menjual kopi dari jam 6 pagi hingga jam 11 malam tergantung kondisi tempat yang masih ramai atau tidak.

Bapak Sujio memiliki 1 orang anak perempuan dan 4 cucu. Anak nya sudah memiliki keluarga sendiri, Suami dari anaknya tersebut adalah seorang polisi. Anak nya dulu bekerja sebagai penjual kain hingga bertemu dengan jodohnya yang mengajak berumah tangga hingga mempunyai 4 orang anak. Walaupun mendapatkan menantu seorang polisi, Bapak Sujio tidak ingin ketergantungan dengan anaknya. Beliau merasa fisiknya masih kuat untuk mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhuhan sehari harinya. "Selagi fisik saya masih bisa untuk mencari nafkah, saya tidak akan merepotkan anak saya" tambah Bapak Sujio.

Penjualan beliau sangat berpengaruh ketika situasi pandemi seperti saat ini, ketika pandemi dan semuanya diharuskan berdiam diri di rumah Bapak Sujio hanya diam di rumah bersama istrinya dan sama sekali tidak berjualan. Sehari harinya ia hanya mengandalkan uang dari tabungannya bersama istrinya. Sebenarnya bisa saja Bapak Sujio mengandalkan anaknya, tetapi beliau berkata bahwa beliau tidak ingin merepotkan anaknya. Hari demi hari pandemi mulai membaik sehingga Bapak Sujio berjualan kembali dan sedikit demi sedikit pendapatan mulai meningkat.

Bapak Sujio memberikan amanat jika fisik masih kuat dan masih mampu mencari nafkah, lakukanlah sendiri jangan pernah merepotkan orang lain walaupun masih ada orang terdekat yang mampu memberikan kita bantuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun