“Ayo ikut, kita ke centrum. Ice cream,”
“Sedingin ini?”
“Why not?”
“Okay.”
Kayuhan sepeda, terpaan angin, dan sedikit perasaan bersalah karena membuat Tom harus berusaha extra dengan membonceng beban 50 kilo, sampai juga akhirnya.
Centrum yang manis, hangat, dingin, aku berhenti di gerobak penjual buah stroberi. Besar ranum, segar. “Hai Tom, apakah dia pacarmu?” ternyata meneer penjual stroberi mengenal Tom. Tom menggeleng, tertawa, “Bukan, haha.” aku membayar untuk sebungkus plastik stroberi, tersenyum dan berbalik menelusuri ujung pasar, ada penjual keju, anggur, kue-kue kering, selai, dan aku akhirnya berhenti di penjual stocking. Mungkin ada yang murah buat musim dingin?
Aku menunjuk ke contoh yang tergantung, berjejer rapi kaki-kaki manekin plastik, yang menekuk dengan posisi seolah menggunakan sepatu berhak tinggi. Tom tertawa malu, “Wowww, nice leg!” aku ikut tertawa dan berjalan pergi bersama Tom. Terakhir, ice cream yang dijanjikan Tom usai sudah, benar-benar creamy, terasa susu dan benar-benar enak. Tom, aku memang bukan pacarmu, si rambut dark chesnust cantik tinggi semampai dengan pakaian bagaikan majalah high fashion – itulah pacarmu. Tapi terima kasih sudah berjalan dengan anak magang berjaket kusam, berjins dan bersneaker murahan. So happy today !