Mohon tunggu...
Maya Sari
Maya Sari Mohon Tunggu... Wiraswasta - banyak kekurangan namun selalu berupaya menjadi yang terbaik

seorang wanita tangguh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkat SBY, Era Perang Klaim Batik Berakhir

2 Oktober 2020   17:22 Diperbarui: 2 Oktober 2020   17:26 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Sumber: Viva

Rentang tahun 2007-2008, rakyat Indonesia beberapa dibuat geram oleh negara tetangga dengan klaim-klaim sepihak, termasuk salah satunya adalah "klaim" batik. Hal ini tentu membawa keresahan tersendiri bagi kalangan yang bersentuhan langsung dengan batik maupun masyarakat pada umumnya. Baik itu pelaku industrinya maupun tokoh-tokoh budayawan yang dekat dan paham akar budaya seni batik.

Pemerintahan yang saat itu dipimpin oleh Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun saat itu tak tinggal diam. Berawal pada 3 September 2008 dengan proses nominasi Batik Indonesia ke UNESCO, yang diterima secara resmi oleh UNESCO pada 9 Januari 2009 untuk diproses lebih lanjut.

Akhirnya, pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia dalam representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia yang dilaksanakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Selanjutnya, tanggal 2 Oktober ditetapkan oleh SBY sebagai Hari Batik Nasional. Dengan pengukuhan dari UNESCO serta deklarasi oleh Presiden SBY dengan sendirinya menghapus pengklaiman "sepihak" oleh negara-negara tetangga.

Presiden SBY di Cikeas, 2 Oktober 2009 pun mengingatkan seluruh elemen bangsa untuk tidak terlalu larut dalam eforia atas pengukuhan dari UNESCO tersebut. Sebab menurut SBY sendiri, pengukuhan itu tidak akan berarti apa-apa jika kita sebagai anak bangsa tidak ikut turut melestarikannya.

"Setelah mempelajari usulan Indonesia, maka telah ditetapkan bahwa batik itu sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia. Kalau sudah ditetapkan sebagai warisan dunia, maka mari kita lestarikan," tegas SBY.

Berbagai tindakan nyata pun terus digencarkan untuk membangkitkan kesadaran akan rasa memiliki batik dan melestarikannya. Salah satunya menyelenggarakan event atau acara-acara bertema batik seperti World Batik Summit dan event-event lokal bertema batik.

Dengan digelarnya event-event rutin yang bertema batik setiap tahunnya turut mendorong wisatawan, baik dari mancanegara maupun domestik untuk melihat, membeli dan bahkan investasi. Dampak positif dari kegiatan-kegiatan tersebut terlihat dari maraknya penjualan batik, padatnya akomodasi dan perhotelan, larisnya restoran yang secara otomatis mengangkat kemakmuran masyarakat yang bersinggungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut.

Menjadikan batik sebagai identitas bangsa telah menapak jalan panjang. Mulai dari Prsiden pertama Indonesia Soekarno yang mengawali usahanya dalam rangka pencarian identitas bangsa Indonesia dengan ungkapannya, "Jiwa bangsa yang hidup, tidak akan pernah berhenti berjalan, seni yang hidup pun tidak pernah berhenti."

Selanjutnya, usaha untuk menciptakan awareness akan karya batik sebagai identitas nasional dilanjutkan oleh Presiden RI kedua Soeharto. Beliau ketika melihat peluang emas agar seni batik dikenal dunia dengan mengenalkannya melalui peristiwa penting yakni Asia Pacific Economic Conference (APEC) di Istana Bogor pada tahun 1994. Pada saat itu semua delegasi atau kepala negara yang hadir dalam konferensi tersebut di daulat untuk mengenakan batik.

Terkahir, tinta emas pun ditorehkan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tak akan lekang dimakan zaman, yakni dengan mengusulkan batik ke UNESCO yang merupakan tonggak diakuinyanya batik sebagai warisan budaya dunia tak benda dari negara Indonesia.

Jadi kalau belakangan ini masih ada negara-negara yang usil dengan mengklaim batik, maka kita tidak usah terburu-buru kebakaran jenggot. Karena, di era pemerintahan SBY, negara Indonesia telah mendapatkan legitimasi yang kuat dari UNESCO melalui proses panjang dan melalui pengujian dan sidang tertutup. Mari bangga mengenakan batik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun