Mohon tunggu...
Maya Sari
Maya Sari Mohon Tunggu... Wiraswasta - banyak kekurangan namun selalu berupaya menjadi yang terbaik

seorang wanita tangguh

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

SBY Khianati Prabowo? Cek Fakta-Fakta Berikut

13 Juni 2019   09:42 Diperbarui: 13 Juni 2019   09:51 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pasca Pilpres 2019, kelompok pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno membabi buta menyerang Partai Demokrat khususnya ketua umumnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kekalahan Prabowo untuk kedua kalinya sebagai capres di kompetisi demokrasi lima tahunan ini dianggap sebagai bentuk pengkhianatan SBY. Bahkan sakitnya Ibu Ani Yudhoyono dipolitisasi oleh buzzer pendukung 02 dan dikatakan sebagai sebuah rekayasa.

Benarkah SBY mengkhianati Prabowo? Cek fakta-fakta berikut:

  • Prabowo Datangi SBY

Pada 24 Juli 2018 Prabowo Subianto berkunjung ke kediaman SBY di kawasan Mega Kuningan. Pertemuan awal ini tidak langsung mengikrarkan Partai Demokrat bergabung ke dalam koalisi. Dalam pertemuan itu SBY menekankan tiga poin penting, pertama soal Pemilu 2019 yang damai, jujur, dan adil, kedua soal isu-isu nasional, dan ketiga soal koalisi.

Terkait syarat koalisi, SBY menekankan koalisi harus didasarkan pada niat baik, saling hormat dan percaya. Hal senada juga ditegaskan Prabowo, ia mengatakan tidak ada syarat dari SBY dan Demokrat sebagai harga mati untuk menjadikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres. Terkait cawapres, SBY meminta dibicarakan secara bersama dan dicari calon terbaik.

  • Prabowo Memilih Cawapres yang Tak Terduga

Dari perjalanan koalisi Prabowo, muncul tiga nama terkait cawapres yang akan mendampingi Prabowo di Pilpres 2019. Tiga nama itu adalah AHY dan dua nama hasil Ijtima Ulama (Ustadz Abdul Somad dan politikus senior PKS Salim Segaf Al Jufri). Pada 8 Agustus 2018, terendus bahwa Prabowo lebih kepincut meminang Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Politisi Partai Demokrat Andi Arief melalui akun Twitter-nya mengatakan Prabowo lebih memilih uang dari pada kemaslahatan rakyat. Dari informasi yang dikicaukan Andi Arief, Sandi dikabarkan siap mengguyur PAN dan PKS masing-masing Rp 500 Miliar. Penetapan mengusung Prabowo-Sandi dilakukan pada 9 Agustus 2018 oleh Gerindra, PKS, dan PAN tanpa dihadiri oleh Partai Demokrat.

  • Koalisi Prabowo Meminta Tanda Tangan SBY untuk Melengkapi Berkas Pencapresan

Pada 10 Agustus 2018, Prabowo dan sejumlah petinggi partai koalisi mendatangi kediaman SBY di kawasan Mega Kuningan. Kedatangan itu dimaksudkan untuk meminta tanda tangan Ketua Umum Partai Demokrat itu karena sebelumnya tidak hadir dalam acara deklarasi sehari sebelumnya. 

Meskipun sempat kecewa karena tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan penetapan cawapres, SBY saat itu akhirnya resmi menandatangani dokumen pencapresan Prabowo-Sandi.

  • AHY Gantikan SBY Kampanyekan Prabowo

Sakitnya Ibu Ani Yudhoyono membuat SBY tidak bisa mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Sebagai bentuk tanggung jawab politiknya, SBY menunjuk AHY untuk terjun langsung berkampanye langsung kemasyarakat. 

Kampanye itu berupa kampanye memenangkan Partai Demokrat di Pileg 2019 dan memenangkan pasangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. AHY terlibat beberapa kali kampanye bersama, baik itu dengan Prabowo sebagai capres maupun dengan Sandiaga sebagai cawapres.

  • Jalan Menang SBY Tak Diindahkan

Sebagai bagian dari koalisi, Partai Demokrat terutama SBY tidak henti-hentinya memberikan masukan kepada koalisi. Mulai dari masukan untuk persiapan debat capres-cawapres sampai dengan strategi kampanye yang efektif memenangkan hati rakyat. 

SBY yang berpengalaman memenangkan Pilpres dua kali berturut-turut mengingatkan, kampanye Prabowo-Sandi hendaknya mengedepankan semangat persatuan yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan kemajemukan.

Selain itu, hal-hal teknis berupa penguatan saksi menurut Partai Demokrat perlu dilakukan guna mempersiapkan bahan untuk mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) bila nantinya ada hal-hal yang dirasa merugikan pasangan Prabowo-Sandi. 

Akan tetapi, Prabowo-Sandi terkesan menikmati polarisasi politik identitas atau isu agama sebagai bagian dari strategi kampanyenya dan membuatnya abai dengan hal-hal teknis.

  • Prabowo Kalah, SBY yang Salah?

Dari hasil Quick Count maupun dari hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menyatakan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul atas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. 

Kekalahan ini membuat kubu Prabowo 'menyerang' atau mendelegitimasi lembaga-lembaga negara seperti KPU, Bawaslu, Polri, dan MK. Tidak ketinggalan, dengan membabi buta simpatisan Prabowo menyerang dan mengatakan SBY sebagai dalang kekalahan Prabowo. 

Bahkan yang paling brutal, sakit kanker darah yang dialami Ibu Ani Yudhoyono dikatakan sebagai bentuk tipu muslihat SBY untuk menghindari agar tidak mengkampanyekan Prabowo secara aktif.

Dari enam runtutan di atas, jelas bahwa tidak ada satupun pengkhianatan yang dilakukan oleh SBY kepada Prabowo. Bahkan jika diurai dari awal, Prabowo terbukti melanggar tiga syarat awal kesepakatan awal dengan SBY, yaitu terkait niat baik (tidak melibatkan Demokrat dalam pemilihan Sandi sebagai cawapres), saling hormat (tidak menghormati kerja keras Partai Demokrat memenangkan Prabowo-Sandi), dan saling percaya (menuduh sakitnya Ibu Ani Yudhoyono sebagai setting-an).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun