Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... -

Anak Magang di BPS (Badan Pusat Statistik) RI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penempatan

13 Desember 2017   23:41 Diperbarui: 13 Desember 2017   23:45 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan ini saya buat di hari dimana perasaan bercampur jadi satu. Ibarat menghitung hari, pesan whatsapp yang masuk melalui grup-grup berisi daftar kuota penempatan daerah untuk setiap provinsi membuat saya harus tahu diri bahwa waktu saya di Jakarta sudah tak lama lagi.

Beberapa perasaan berkecamuk. Antara bingung, takut, dan galau. Daerah mana yang akan saya pilih? Bagaimana saya disana? Siapa saja yang akan bersama saya di daerah? Bagaimana saya beradaptasi disana?

Ingatan saya terlempar ke waktu sekitat empat tahun lalu, saat saya ditanya oleh pewawancara tes tahap akhir seleksi sekplah kedinasan tempat saya mendaftar kuliah.

"Bersediakah anda ditempatkan di seluruh pelosok Indonesia setelah lulus?"

"Bersedia, Pak."

Jawaban saya tegas dan mantap. Berharap jawaban ini tak menjadi penghalang saya melangkah dan membuat nomor pendaftaran saya tercantum di pengumuman peserta yang diterima.

Saya memang lolos. Hari-hari terlalui dengan baik. Saya tak perlu memikirkan darimana membayar UKT atau biaya semesteran lainnya. Saya harus bersyukur karena setiap bulannya, ada uang tunjangan ikatan dinas yang rutin masuk ke rekening dan bisa membantu saya bertahan hidup di ibukota.

Tapi setelah saya berhasil lulus dari kawah candradimuka yang membentuk saya, muncul ketakutan-ketakutan itu. Saya menjadi sadar bahwa ada satu perasaan yang belum dipupuk pada diri saya dan konsekuensinya harus dimulai dari sekarang, yaitu mencintai.

Saya sadar saya belum sepenuhnya mencintai institusi tempat saya bernaung mendapatkan penghidupan. Saya belum sepenuhnya mencintai pekerjaan yang saya lakoni. Dan yang terbesar, saya belum sepenuhnya mencintai negeri ini.

Betapa sempit pemikiran saya, yang beranggapan bahwa saya hanya bisa hidup dengan enak dan tenang jika daerah penempatan saya tak jauh dari tempat saya tinggal. Ketakutan-ketakutan yang menghantui saya perlahan berubah menjadi sugesti yang membuat saya bimbang dan belum memutuskan mau kemana menjatuhkan pilihan. Saya tak punya gambaran tujuan daerah tempat saya menghabiskan sedikitnya beberapa tahun hidup disana.

Semoga semuanya akan dan selalu baik-baik saja. Aamiin.

Jakarta, 13 Desember 2017

23.07

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun