Mohon tunggu...
Maya Lestari
Maya Lestari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Manusia penuh pertanyaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sketsa Gadis Tidak Percaya Diri

11 Februari 2023   22:35 Diperbarui: 11 Februari 2023   23:05 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah sepekan semenjak seseorang menaruh kotak berwarna merah jambu berhiaskan pita kuning pada meja teman dekatku, hingga waktu itu temanku yang sering kali kupanggil namanya Radya bertindak uring-uringan tidak jelas. Setiap hari dalam waktu tertentu bertanya dan mendiskusikan denganku barangkali siapa yang mengirim kotak itu. Aku mengangkat bahu, berlagak tidak tahu.

Mungkin dia adalah pengagum rahasiamu, begitulah yang pertama kali aku katakan saat Radya menanyakan kira-kira siapa identitas pengirim. Yah, seperti buku-buku romantis yang satu dua kali kubaca---aku tidak terlalu menyukai jenis buku seperti itu--- sering sekali seseorang memberikan sesuatu secara diam-diam karena tidak ingin menunjukkan wajah beralasan terlampau malu atau hanya ingin terkesan misterius saja. Atau mungkin memang dia membiarkan dirinya tidak diketahui.

"Itu sih tidak mungkin, Ardian." Aku mengernyitkan kedua alisku ketika Radya mengatakan hal itu. Tidak mungkin mengapa? Aku balik bertanya padanya, tapi dia diam seribu bahasa. Tidak menanggapi. Tak puas dengan keterdiaman itu, kemudian sekali lagi aku mengajukan tanya, sudah kau buka isinya?

Kembali, aku tak mendengar suara dari mulut mungil miliknya. Yang kudapatkan hanyalah gelengan kepala pelan dengan gerakan yang sedikit ragu. Ada apa dengan dia?

Ruangan kelas yang akan kami tinggalkan 8 bulan kemudian---yang artinya juga aku harus bersedia tinggal dengan waktu yang sama untuk kemudian ditinggalkan--- ramai dengan suara riuh anak laki-laki bermulut petasan yang berteriak seperti orang utan dan anak perempuan yang berpikir suaranya merdu padahal kupikir tidak lebih baik bila kubandingkan seperti suara domba tercekik. Astaga, mulutku jahat sekali. Keadaan kelas layaknya sekumpulan monyet-monyet, karena tidak ada guru yang seharusnya mengajar, adanya tersisa tugas yang abai untuk mereka taruh perhatian apalagi untuk dikerjakan.

Aku dengan Radya bukanlah termasuk sekumpulan monyet-monyet itu, maksudku orang-orang seperti yang aku sebutkan sebelumnya, kami berdua atau hanya aku adalah orang dari kelompok yang terpinggirkan. Tidaklah populer juga tidak menonjol dan menjadi perhatian oleh kalangan mata guru karena nilaiku bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan. Berteman dengan Radya, membuatku sedikit malu. Dia adalah orang yang berprestasi, satu-satunya orang yang menaruh minat dengan semua tugas-tugas itu.

Aku adalah dari seseorang kalangan yang terbuang, kelas tidak membutuhkan opini dariku karena kehadiranku pun seperti layaknya karakter NPC dalam sebuah game seperti yang sering aku mainkan. Aku, Radya, atau juga mungkin siswa lain yang memiliki nasib yang sama, adalah orang yang diam membisu ketika yang lain tergelak tertawa-tawa sambil mengucurkan air mata.

Orang berkacamata tebal adalah aku yang diam-diam menertawakan kebodohan semua orang, walaupun dia juga sepenuhnya menyadari jikalau dia juga tidak lebih pintar. Kelompok orang-orang yang menyedihkan, dan aku masuk di dalamnya dan membaur bersama orang-orang seperti aku.

"Boleh aku bercerita? " Aku tidak bisa menutupi rasa terkejutku ketika Radya mengatakan hal itu. Selain terperanjat kaget karena suaranya mematahkan lamunan singkatku, inilah pertama kalinya teman dekatku, yang memang tidaklah bisa dikatakan terlalu dekat ini mau bertukar cerita seperti kali ini. Aku sedikit malu mengatakan kita adalah teman dekat karena realita sebenarnya kita terpaut jarak yang jauh, menciptakan keasingan dan sesuatu yang sedikit kurang nyaman.

Mata Radya yang bulat dan berwarna kecoklatan itu memandang kedua netraku, sontak saja aku langsung mengangguk. Mengartikan kalau tatapannya itu adalah tanda dia menunggu jawaban dariku.

"Kau tahu kan, aku suka sekali menggambar, aku suka sekali menggoreskan pensilku pada segala hal yang kuanggap cantik, seperti halnya dengan bunga anggrek yang kusukai atau gadis berambut panjang yang manis," Radya mengambil napasnya dalam, bersiap melanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun