Mohon tunggu...
Andri Mulyawan
Andri Mulyawan Mohon Tunggu... Staff Administrasi Proyek -

Mahasiswa Ilmu Sosial Bergerak di Ilmu Politik dan Gender. Penyuka Fotography, Nulis Opini, Tiduran dan Makan, Kritis namun Membangun, dan Tukang Julid.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Memaknai Idul Adha, Mengorbankan Gengsi sebagai Bentuk Pencapaian Kedamaian Hakiki

26 Agustus 2018   22:35 Diperbarui: 10 Agustus 2019   21:03 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay

Ritual keagamaan Idul Adha adalah salah satu ritual keagamaan sekaligus hari raya umat islam yang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 10 Dzulhijah sebagai peringata pengorbanan Nabi Ibrahim terhadap upaya ujian Allah SWT dengan perintah menyembelih anak kebanggannya dan satu-satunya dikala itu, yaitu Nabi Ismail.

Nabi Ibrahim mengalami ujian berat dan bahkan dianggap sangat memberatkan bagi anggapan sebagian besar manusia. Mengorbankan anak yang merupakan salah satu nilai gengsi orang tua yang tinggi. Bagaimana tidak menjadi berat, ketika Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail yang shaleh, berbakti pada orang tuanya, taat pada agama, perintah Allah SWT, dan lain-lainnya.

Namun, Nabi Ibrahim tetap melakukan perintah Allah SWT. Dengan keridhaan Nabi Ismail untuk disembelih, akhirnya Nabi Ibrahim mempersiapkan ritual penyembelihan Nabi Ismail. Namun Allah SWT menyukupkan ujian bagi Nabi Ibrahim. Dan diganti dengan Lembu yang besar, dan kini Moment tersebut diabadikan dalam Hari Raya Iedul Adha yang diperingati oleh umat Islam seluruh dunia dengan menyembelih Lembu, Sapi, Kambing ataupun Unta.

Apa yang menjadi nilai terpenting Idul Adha sebenarnya ? memetik nilai Iedul Adha itu sangatlah beragam nilai yang kita dapat, pengorbanan,  ikhlas, keridhaan atas menjalankan ibadah-Nya, dan lain-lain.

Namun yang paling berkesan adalah bagaimana Nabi Ibrahim mengorbankan salah satu hal yang sulit dikorbankan di era saat ini. Pengorbanan atas gengsi, prestisius, dan serta kebanggan atas yang dipunyai. Baik berbentuk harta, nilai, jabatan, bahkan anak tentunya.

Gengsi adalah salah satu indikator dimana kita bisa dinilai oleh masyarakat lainnya sebagai salah satu nilai tambah dalam hidup. Gengsi bisa berupa jabatan, bisa berupa anak yang shaleh dan track on the record of society. Bisa berupa ilmu yang kita dapat, ataupun bisa berupa pengetahuan agama yang kita punya. Sehingga, gengsi menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat kita untuk memberikan kita pujian.

Namun, gengsi akan menjadi berbahaya ketika itu menjadi tarikan utama atau tujuan utama didalam hidup. Contoh misalnya, Seorang Jajaka suatu daerah yang enggan dikritik karena gengsinya yang akan menurun dihadapan masyarakat, melakukan bombardir terror menggunakan akun palsu guna membungkam pengkritik mereka.

Ataupun seorang yang selalu update tentang keagamaan dan paling merasa paling "beragama" dan menjustifikasi orang lain yang tidak melaksanakan keagamaan dengan baik dengan justifikasi "kafir". Atau seorang selebgram yang mengorbankan tubuhnya, atau menghalalkan segala cara guna meraih gengsi. Gengsi yang dikejar berupa berlian bermerek "Luis Vuitton" atau emas berbentuk "Liburan ke Bali".

Gengsi berlebihan dianggap akan membunuh seseorang dan mendorong kepada jurang kenistaan secara otomatis. Mereka akan menggadaikan beberapa hal yang berharga didalam hidupnya, seperti tubuh, rasa malu, dan bahkan kehormatan demi tercapainya gengsi. Moment Idul Adha ini sebagai moment yang tepat untuk menafakuri diri bahwa salah satu pengorbanan yang paling utama didalam hidup adalah "gengsi".

Mengorbankan gengsi dan menurunkannya menurut saya akan membuat hidup kita lebih damai dari apapun. Kita tidak akan pernah merasa terkejar oleh sesuatu hal yang sifatnya abstrak dan dapat timbul dan tenggelam digantikan dengan nilai yang baru seperti apa yang disebutkan dalam aliran Post-Modernism. Kita bisa melihat bagaimana masyarakat biasa yang hidup didalam kesederhanaan.

Dan mereka hanya memikirkan bagaimana bisa menyambung hidup. Mereka akan ikhlas bekerja tanpa merasa harus dikejar dengan sesuatu hal yang tidak pernah terbayangkan oleh mereka. Mengorbankan gengsi juga bisa menjaga kita daripada perbuatan yang dianggap menurunkan kehormatan kita. Seperti Korupsi misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun