Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanti Lahirnya Kembali Rasa Kemanusiaan di Balik Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus ke Irak

6 Maret 2021   11:08 Diperbarui: 6 Maret 2021   12:54 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagaimana diberitakan oleh beberapa media tanah air bahwa terhitung sejak tanggal 05 hingga 08 Maret 2021, Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, mengadakan kunjungan ke negeri Irak. Kunjungan ini, boleh dikatakan cukup beresiko karena terjadi di saat negara tempat kelahiran nabi Abraham itu, tengah dirundung dua persoalan besar yakni serangan wabah Corona gelombang II dan digempur serangkaian serangan roket dan bom bunuh diri. Keadaan ini tentu memicu kekhawatiran terhadap keselamatan Paus. Oleh karena itu, Bapak Suci tetap menjalankan segala agenda pertemuannya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan pemerintah Irak mengerahkan ribuan pasukan untuk memberikan pengamanan yang ketat selama kunjungan tersebut.

Alasan terpenting dari kunjungan pemimpin Gereja Katolik Roma berusia 84 tahun itu adalah kerinduan yang besar untuk bertemu dan menyemangati umat Kristen di Irak yang dari waktu ke waktu terus merosot jumlahnya karena mengalami diskriminasi dari kaum Muslim dan dipersekusi oleh ISIS sejak tahun 2014. Di tengah berbagai ujian iman yang dihadapi, mereka membutuhkan peneguhan, perhatian, rasa solidaritas, dan dukungan seorang pemimpin dari agama yang dianut. Kunjungan berdurasi 4 hari ini, menjadi kunjungan internasional pertama Paus sejak virus Corona melanda seluruh Eropa. 

Agenda lain yang tak kalah penting dari kunjungan ke Irak yang bagi Paus Fransisikus merupakan kunjungan peziarah perdamaian dan rekonsiliasi itu adalah pertemuan dengan tokoh Muslim Syiah yang karismatis, Ayatollah Ali Sistani. Figur yang pernah menjadi tahanan rumah bertahun -tahun selama rezim Saddam Hussein itu, dipandang memiliki pengaruh besar terhadap perjuangan rakyat Irak dalam menentang pendudukan Amerika Serikat, menyerukan perdamaian guna mengakhiri konflik sektarian, dan menggelorakan semangat perlawanan terhadap Jihadis Suni dan kelompok ISIS.

Diketahui bahwa sudah sejak lama, negara Irak terus dihantui dengan perang, terorisme, ekstremisme, dan berbagai macam kekerasan lainnya. Akibatnya adalah umat Kristen Irak berpuluh-puluh tahun mengalami diskriminasi dan persekusi. Banyak dari antara mereka yang mati, yang oleh Paus disebut sebagai pahlawan iman atau martir dan banyak gereja yang porak poranda. Ketika Saddam Hussein digulingkan oleh suatu invasi dibawah pimpinan Amerika Serikat, umat Kristen di sana dikisar sekitar 6 persen dari 25 juta masyarakat Irak. Berbagai macam peristiwa berdarah yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, menyebabkan jumlah mereka semakin merosot hingga tersisa 400.00 orang saat ini. 

Di Irak, dalam hal ini kota Ur merupakan tempat kelahiran seorang bapak kaum beriman bagi segala bangsa yakni Abraham. Di Mosul yang dikuasai ISIS terdapat gereja-gereja, dan ada kota suci di Najaf. Semua itu hanyalah menjadi saksi bisu atas konflik yang banyak menimbulkan pertumpahan darah. Selain kelompok Kristen, terdapat juga kelompok lain yang sangat menderita karena berbagai gejolak yang terjadi di Irak yakni komunitas Yazidi. Kelompok ini mengalami perlakuan yang sama seperti orang Kristen. Mereka mengalami perundungan penderitaan yang mendalam. Ribuan nyawa dari antara mereka juga melayang karena dibunuh, disiksa, dan kaum perempuannya dijadikan sebagai budak seksual ketika ISIS menguasai Irak. 

Kekristenan di Irak boleh dikatakan sebagai salah satu yang tertua dan paling beragam di dunia. Selain Kristen Katolik, di sana juga terdapat Kristen Ortodoks Armenia, protestan, Kristen Kaldea, dan lain-lain. Maka, diharapkan agar melalui kunjungan Paus asal Argentina itu, hubungan antar umat beragama kembali dirajut dan terikat kembali serta harapan untuk mendapatkan hak, kebebasan, dan pengakuan bagi kaum minoritas terwujud dengan baik. Ada kerinduan dan impian besar bahwa rekonsiliasi, pengakuan atas kemanusiaan, hidup dalam keharmonisan, dan rukun dalam  persaudaraan, lahir dari kunjungan bersejarah ini.

Di tengah berbagai gejolak yang dialami masyarakat Irak saat ini, kiranya kunjungan pengganti Paus Benedikctus XVI itu mengetuk hati semua orang untuk keluar dari kenyamanan masing-masing, guna mengusahakan perdamaian dan rasa saling hormat di sana. Inilah untuk pertama kalinya seorang Paus mengunjungi Irak. Jauh sebelumnya, kunjungan ini juga pernah diidamkan oleh Paus Yohanes Paulus Kedua akan tetapi, hingga akhir hayat beliau, rencana itu tidak terwujud. Paus Fransiskus saat ini, merealisasikannya setelah 16 tahun Paus Yohanes Paulus II meninggal. 

SALAM

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun