Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari yang Terkecil Itu, Datang Sesuatu yang Besar

30 November 2020   08:09 Diperbarui: 30 November 2020   08:28 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa Kecil

Saya lahir dari keluarga yang amat sederhana dan tinggal di sebuah dusun kecil nun jauh di pulau Timor. Tuhan itu adil. Walaupun saya hanya makan dan minum seadanya (jagung, ubi, dan air putih yang terkadang tak dipanaskan), tetapi syukurlah saya dikaruniai intelektual yang tak kalah dengan anak-anak yang makan keju dan minum susu.

Sejak duduk dibangku Sekolah Dasar hingga menamatkan Sekolah Menengah Umum, saya selalu masuk peringkat lima besar di sekolah. Setiap kali menerima raport kenaikan kelas, terkadang air mata saya tertumpah, menyaksikan ayah yang hanya berpakaian seadanya maju ke depan untuk berkata-kata karena saya juara kelas.

Bercita-cita Menjadi Pastor

Setelah menamatkan Sekolah Menengah Umum di ibu kota Propinsi, saya nekat untuk menjadi seorang pastor (pemimpin atau gembala dalam Gereja Katolik). Untuk ini, saya harus meninggalkan kampung halaman dan menuju Sumatera Utara. Kedua orangtua, tidak setuju karena untuk biaya perjalanan saja mereka tidak sanggup. Bagaimana dengan biaya pendidikan nanti?

Mendengar alasan orangtua yang demikian, saya pun berbicara dengan salah seorang anak paman yang kebetulan sudah bekerja saat itu. Akan tetapi, dia hanya sanggup untuk membantu biaya perjalanan. Untuk biaya lain-lain, dia tidak mau bertanggung jawab. Tanpa pikir panjang, saya meminta biaya perjalanan itu dan memutuskan untuk berangkat menuju Medan. Saya berpikir bahwa kalau memang Tuhan menghendaki, Ia pasti akan mendatangkan penolong bagi saya.

Akhirnya, dengan bermodalkan sebungkus roti nenas dan uang saku sebanyak 500 ribu, sayapun menumpang kapal laut dari pelabuhan Tenau Kupang menuju pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Selanjutnya, saya melanjutkan perjalanan dari Jakarta menuju pulau Andalas dengan menumpang bus. 

Pengalaman Gagal

Setelah melewati beberapa proses seleksi, akhirnya saya diterima untuk menjalani pendidikan awal pada sebuah biara, dan tiga tahun kemudian, saya diperkenankan untuk memakai jubah dan mengikrarkan kaul pertama. Setelah menyelesaikan masa Novisiat, saya memilih untuk melanjutkan pendidikan sarjana agama Katolik. 

Pada hari terakhir hendak mengikuti ujian skripsi, datang kabar, kalau ayah tercinta dipanggil oleh Allah. Dengan rasa bercampuraduk, saya berusaha untuk menjalani ujian itu dan syukur, saya dapat menyelesaikannya dengan baik. Dari kami 7 orang biarawan yang mengenyam pendidikan di perguruan itu, hanya saya yang seorang diri yang dapat bertahan sampai tahap akhir. 

Setelah menjalani ujian akhir, saya diperkenankan untuk kembali ke kampung halaman guna mengikuti acara pemakaman bapak dan sekembalinya dari sana, saya jatuh sakit dan harus menjalani operasi. Menghadapi dua cobaan yang datang secara beruntun itu, saya akhirnya kalah dan memilih untuk keluar dari biara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun