Mohon tunggu...
Maximillian KT
Maximillian KT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Siapkah Manusia, Khususnya Indonesia Mencapai Peradaban Tipe V?

24 Juli 2022   01:26 Diperbarui: 8 November 2022   18:44 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skala Kardashev yang diciptakan oleh Astronom Uni Soviet Nikolai Kardashev memungkinkan kita untuk mengukur level kemajuan teknologi suatu peradaban berdasarkan seberapa besar energi yang mampu dikendalikannya. Sejarah singkat dari Skala Kardashev ini dimulai saat Kardashev sendiri pertama kali menggarisbawahi skalanya pada sebuah kertas yang dipresentasikan pada tahun 1964 tepatnya di Konfrensi Byurakan yaitu sebuah pertemuan sainstifik yang diperiksa oleh program radio astronomi Uni Soviet. Pada tipe peradaban pertama, peradaban tersebut mampu untuk mengakses seluruh energi yang terdapat di planetnya dan menyimpannya untuk dikonsumsi atau digunakan. Pada peradaban tipe kedua, peradaban tersebut sudah mampu secara langsung menyerap energi yang terdapat pada sebuah bintang. Pada peradaban tipe kedua, peradaban tersebut telah mampu untuk menyerap seluruh energi yang terdapat pada galaksinya sendiri. Selanjutnya pada masa itu, skala tersebut tidak berkembang lebih lanjut melebihi tipe ketiga sebab Kardashev berkeyakinan bahwa tidak ada spesies yang mampu untuk mencapai tipe keempat. Akan tetapi, tipe ini kemudian terus dikembangkan hingga termasuk: 

  • Peradaban Tipe Keempat: Peradaban yang mampu untuk memanfaatkan energi berskala semesta
  • Peradaban Tipe Kelima: Peradaban yang telah mampu untuk memanfaatkan energi yang terdapat di dalam semestanya sendiri dan juga diluar semestanya.

Tipe peradaban keempat dan kelima ini biasa disebut peradaban yang telah melampaui Skala Kardashev.

Pertanyaan selanjutnya adalah dimanakah kita saat ini? Melihat kondisi saat ini dimana pemanfaatan energi ramah lingkungan seperti PLTA, PLTS, Pembangkit Listrik Tenaga Angin, PLTU, dsb. Ternyata kita masih berada pada tahap peradaban tipe pertama, dimana kita baru saja mampu untuk memanfaatkan energi yang terdapat di bumi ini meskipun itupun saya yakin belum semuanya. Perjalanan ke masa depan bisa jadi perjalanan yang panjang atau pendek dan tergantung dari diri kita masing-masing, mampukah kita bekerjasama untuk tetap menjaga kesepahaman dalam mencapai apa yang mungkin pada sejarah masa lampau dinamakan sebagai Era Keemasan umat manusia? Dimana disini tentunya bukan lagi kita membicarakan zaman dimana banyak sekali pemikiran dapat berkembang dengan bebas layaknya penggambaran akan sekolah Athena dimana Plato dan Aristoteles sedang berbincang-bincang dan juga era keemasan Islam yang terjadi pada sekitar abad kedelapan hingga abad ke empat belas dimana perkembangan akan filsafat, kultur, ekonomi, dan sains berkembang dengan pesat. Namun, disini kembali seperti yang kita ketahui, masa depan tidaklah sepenuhnya pasti, definisi akan waktu dapat dikatakan relatif (Teori Einstein) atau absolut (Teori Newton). Di sisi lain, sebagai seorang mahasiswa yang aktif membaca dan mengenali dengan baik beberapa ajaran-ajaran, pemikiran-pemikiran seperti Komunisme ajaran Karl Marx, teori akan tangan tak terlihat dari seorang ekonom Skotlandia abab pencerahan, Adam Smith, hingga paham-paham akan ajaran perang dari Sun Tzu, Khalid ibn al-Walid , dan berbagai tokoh pemikir ketatanegaraan lainnya seperti Machiavelli, Thomas Hobbes, Connfucius yang juga sebagai pelopor ajaran tentang moralitas yang juga telah saya bahas pada artikel saya yang sebelumnya yang dapat dilihat di sini:

https://www.kompasiana.com/maximilliantarmidi0855/62b55027a0cdf8169c7bf2f2/relevansi-agama-di-tengah-universalitas-moralitas-manusia

Masih banyak tokoh-tokoh sejarah yang mengajarkan tentang paham-paham dan pemikirannya seperti Errico Malatesta misalnya dengan paham anarkismenya, Mikhail Bakunin yang juga seorang anarkis legendaris yang sempat bersitegang dengan Karl Marx hingga kembali ke zaman kerajaan-kerajaan kuno di Tiongkok dengan berbagai macam tokoh pendekar legendaris mereka seperti yang tertulis di dalam buku 'Tepi Air' misalnya, lalu beberapa aristokrat hebat seperti Zhuge Liang, Zhang Liang, dan kemudian dapat juga ditarik kembali menuju kepada pemikiran Ir. Soekarno yang terkenal misalnya, yaitu Marhaenisme yang pada dasarnya bersifat melawan segala bentuk kolonialisme, kapitalisme, dan Imperialisme pada saat itu dimana disini seperti yang kita ketahui dalam hidup ini tidak bisa lagi kita terlepas dengan paham kapitalis secara murni, hal ini terbukti dengan masih eksisnya pasar modal di Indonesia. Fokus kembali pada topik utama dari artikel ini yang menurut saya jauh lebih bernilai dari sekedar memikirkan tentang uang meskipun dalam hidup ini kita tidak terlepas dari segala kegiatan transaksi. Manusia adalah makhluk sosial atau zoon politicon seperti perkataan Aristoteles. Dengan menulis ini tentunya dengan tujuan agar artikel berisikan tulisan saya ini dibaca oleh para khalayak umum dimana tentunya tidak mungkin semua orang dapat dengan mudah setuju atau bahkan melihat dan mempedulikan artikel ini. Namun alangkah baiknya bila seperti biasa sebelum mengakhiri tulisan ini, saya sisipkan beberapa kutipan dari beberapa pemikiran tokoh yang saya anggap relevan dan cocok untuk saya muat pada artikel ini:

'A young man without ambition is an old man wanting to be', Steven Brust, seorang penulis sains fantasi dan fantasi Amerika yang berasal dari keturunan Hungaria. Yang bila diartikan berarti: "Seorang pria tanpa ambisi adalah seorang orang tua yang ingin menjadi"

Akhir kata, mungkin hidup ini penuh akan ketidakpastian dan karena itulah bila kita mempelajari teori hukum dimana terdapat sebuah antimoni antara keadilan dan kepastian maka keadilan lah yang akan saya pilih karena hidup ini penuh ketidakpastian (dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti politik, alam, dsb.)

Terakhir, mengutip perkataan dari presiden Amerika ke-16, 'The best way to predict the future is to create it'  yang artinya:'
cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya.'  
Ini merupakan tulisan yang saya tulis dan saya tidak tahu masa depan apa yang akan terjadi nanti disaat saya menulis ini dan masa depan apa yang para pembaca pikirkan pada saat membaca artikel saya ini. Setiap orang memiliki kebebasan dan tidak seharusnya untuk dikekang, bilamana masa depan tidak sesuai dengan yang saya harapkan mungkin ide dan tulisan ini masih dapat bertahan dan semangat cita-cita untuk membangun sebuah peradaban yang sangat maju itu dapat terealisasikan. Dan bilamana nanti tiba zaman dimana teknologi telah berkembang sedemikian rupa, dimana mungkin pikiran saya yang masih kecil dan masih perlu untuk terus belajar ini tidak dapat membayangkannya maka prinsip moralitas lah yang tetap perlu saya rasa untuk ditekankan. Etika ditekankan, kebebasan dibiarkan dengan batas-batas tertentu tentunya.

Itu saja untuk hari ini, terima kasih telah meluangkan waktu anda yang sangat berharga itu untuk membaca artikel saya.

Beberapa Referensi:

https://en.wikipedia.org/wiki/Kardashev_scale
Kardashev, N.S. (1964). "Transmission of information by extraterrestrial civilizations" https://web.archive.org/web/20220112113141/https://articles.adsabs.harvard.edu/pdf/1964SvA.....8..217K
Okwatch, L. (2020) 'What Would Happen If Humanity Became a Type V Civilization?' , 17 October. Tersedia di: https://cb.run/JrOT (diakses pada 23/07/2022)
https://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_Golden_Age#:~:text=The%20Islamic%20Golden%20Age%20was,century%20to%20the%2014th%20century.
Kenndy, Edward S. (2022). 'Errico Malatesta dan Para Pemikir Anarkisme yang Berpengaruh', 22 Juli. Terdapat di: https://tirto.id/errico-malatesta-dan-para-pemikir-anarkisme-yang-berpengaruh-dnFm (diakses: 23/07/2022)
Nathaniel, F. (2022). 'Jalan Hidup Mikhail Bakunin, Sang Anarkis Musuh Ideologis Karl Marx', 1 Juli. Terdapat di: https://tirto.id/jalan-hidup-mikhail-bakunin-sang-anarkis-musuh-ideologis-karl-marx-gtz9?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Terkait (diakses: 23/07/2022)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun