Mohon tunggu...
Maxi Gepa
Maxi Gepa Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa fakultas Filsafat Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero.

Menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Taman Baca Ila One Nua Detupau: Upaya Menghidupkan Budaya Literasi

29 Januari 2023   07:44 Diperbarui: 31 Januari 2023   17:20 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret anak-anak yang sibuk membaca di Taman Baca Ila One Nua.  (dokpri)

Sabtu, 22 Oktober 2022 saya bersama Frater Philip mengunjungi taman baca Ila One Nua yang berada di sebuah kampung kecil yang bernama Detupau. Detupau adalah sebuah kampung  yang terletak di pedalaman Kabupaten Ende, Kecamatan Wolowaru.

Dusun Detupau memiliki jarak sekitar lima kilo meter dari pusat desa dan sekitar sepuluh kilo meter dari pusat kecamatan . Kondisi jalannya sangat menantang dan memprihatinkan, belum bisa dilalui kendaraan roda empat sampai saat ini, dan masih sulit dilalui kendaraan roda dua.

"orangtua dulu mau tinggal di Detupau karena Detupau adalah tempat persembunyian yang strategis dari para penjajah. Kita bisa melihat orang yang hendak datang ke Detupau dari kejauhan. Jika penjajah yang datang, maka kita bisa melakukan upaya-upaya yang mungkin untuk mengantisipasi kedatangan mereka" demikian tutur seorang bapak yang rumahnya kami kunjungi saat itu.

Potret Kampung Detupau dari kejauhan. (dokpri)
Potret Kampung Detupau dari kejauhan. (dokpri)

Dengan demikian, Detupau sebagai tempat yang sulit dijangkau pada waktu itu adalah sesuatu yang menguntungkan bagi masyarakat setempat. 

Masyarakat Detupau sampai saat ini masih sulit mengakses banyak hal dari luar lantaran persoalan infrastruktur jalan. Jalan yang tidak memadai membuat mereka "terisolasi" dari dunia luar.

Walau demikian ada sosok inspiratif yang datang dari Detupau, namanya Vichar Laka. Ia membangun sebuah taman baca yang diberi nama Taman Baca Ila One nua. Saudara Vichar memperoleh inspirasi untuk membangun sebuah taman baca pada tahun 2014 saat ia kembali ke kampung dan menyaksikan secara langsung keadaan kampung halamannya pada saat itu.

Potret Frater Philip (mengenakan baju kaos hitam)  Bersama Kae Vichar Laka (mengenakan batik berwarna coklat) .  (dokpri)
Potret Frater Philip (mengenakan baju kaos hitam)  Bersama Kae Vichar Laka (mengenakan batik berwarna coklat) .  (dokpri)

Pada tahun 2014 ketika pulang kampung Vichar melihat anak-anak di kampungnya hanya menghabiskan waktu mereka untuk bermain ketika pulang sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa ada semacam ruang kosong yang perlu diisi.

Adalah lebih baik jika sebagian dari waktu bermain mereka digunakan untuk melakukan hal yang lebih berguna, seperti membaca, menulis, menggambar dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang perkembangan wawasan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun