Setahun kemudian, ketika ayah saya sudah benar-benar pulih, ayah dan ibu membulatkan tekad untuk meminjam dana KUR (Kredit Usaha Rakyat) di BRI. Dana KUR adalah salah satu program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM yang disalurkan melalui lembaga keuangan dengan pola peminjaman.
Ayah mengajukan pinjaman dana sebesar 10 juta untuk usaha jualan bakso, dengan angsuran Rp. 470.000 per bulan selama 2 tahun. Setiap bulan ayah selalu menyetor angsuran tepat pada waktunya di kantor BRI terdekat yang jaraknya lumayan jauh --sekitar 30 km.
Ayah dan ibu mulai menggunakan uang pinjaman itu untuk membuka warung bakso. Mereka mulai berjualan di sebuah bangunan reot bekas bengkel motor warga yang tidak digunakan lagi. Awalnya sekali belanja daging 1 kg, lalu perlahan-lahan naik ke 5 kg dan akhirnya 17 kg daging sapi untuk jadwal satu kali belanja saat ini.
Usahanya berkembang baik hingga ayah dan ibu memiliki bangunan sendiri untuk berjualan. Walau demikian pasang surut pelanggan selalu terjadi. Pelanggan yang banyak tidak datang setiap saat, tetapi tetap harus disyukuri. Usaha jualan bakso ini sudah berjalan dan sangat membantu keluarga kami keluar dari keterpurukan finansial yang kami alami.
Usaha terus berjalan seiring berjalannya angsuran bulanan. Ayah selalu pulang pergi ke Kecamatan tetangga menggunakan angkutan umum untuk menyetor cicilan setiap bulannya. Ada begitu banyak tantangan yang hendak menghambat penyetoran, tetapi kepribadian ayah yang disiplin selalu berhasil menemukan solusi. Â
Tibalah waktu penyetoran angsuran bulanan pada suatu kesempatan, tidak ada satu pun angkutan umum yang lewat. Ayah saya panik. Beliau bersih keras mengatakan bahwa harus setor angsuran pada hari tersebut. Kami memutuskan untuk berangkat ke kantor BRI menggunakan ojek.
Dalam perjalanan menuju pangkalan ojek, ayah bertemu dengan temannya. Saat berpapasan mereka bergurau, saling menceritakan pengalaman hidup masing-masing. Dalam perjumpaan yang singkat itu ayah mulai mengeluh soal penyetoran angsuran yang nyaris terlambat, dan ia akan menggunakan ojek ke kantor BRI saat itu juga.
Mendengar cerita tersebut temannya langsung tersenyum dan bertutur demikian: "setor angsuran itu tidak harus ke kantor, kita bisa transfer lewat agen BRI link yang ada di sini juga eee."
Setelah percakapan itu kami langsung beranjak menuju agen BRI link yang jaraknya tidak begitu jauh --sekitar 1 km dari rumah kami. Kami mentransfer angsuran, lalu pulang. Saya melihat ayah tersenyum lebar saat mengayunkan langkah kembali ke rumah sembari bertutur: "sukur ada agen BRI link, kalo tidak....habis kita, orang tidak percaya lagi."
*****