Mohon tunggu...
Maximilian Bima
Maximilian Bima Mohon Tunggu... Penulis - 7-8-2002, Born and Raised in semarang

Hanya seorang yang suka berkreasi dalam imajiansinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Am I ? Feelings... (5)

8 Mei 2019   07:00 Diperbarui: 14 Mei 2019   19:14 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Kau tidak harus mengantarku sampai ke bandara, aku bisa kesana bersama sahabatku dengan taksi, atau naik metro express yang langsung menuju ke bandara."

"Tidak apa, besok juga hari minggu bukan? Aku bisa juga langsung berjalan-jalan entah kemana setelah mengantarmu ke bandara." jawab Vica

Kenapa perempuan ini sangat keras kepala, aku bisa ke bandara bersama Jansen saja, lagipula aku merupakan seorang laki-laki, jadi kenapa ia sangat sekali ingin mengantarku?. Tapi bisa saja ku menerima tawarannya, setidaknya berbicara dengannya dan melihat dirinya yang begitu cantik bisa membuat pagi ku di esok hari lebih bahagia, tapi aku takut akan menyusahkannya, bagaimana jika ia terjadi sesuatu setelah aku masuk bagian check-in?. Bagaimana jika ia melupakan dompetnya lagi dan harus bejalan ber mil-mil hanya untuk pulang? Bagaimana jika besok akan hujan dan ia tidak embawa payung?, bagaimana....

"Santai saja, aku bisa menjaga diriku, jangan kau berpikir yang tidak-tidak lagi" Sela Vica selagi aku memikirkan segala macam kemungkinan buruk yang mungkin bisa terjadi.

"Apa maksudmu?"

"Dari raut wajahmu, bisa ku tebak kalau kau sangat mengkhawatirkan diriku, aku bisa menjaga diriku jadi kau tak perlu khawatir, aku jugua bukan seorang gadis berumur tujuh tahun yang butuh penjagaan, umurku sudah dua puluh empat tahun, dan itu sudah cukup membutikkan kalau diriku sudah dewasa."

Diriku yang berasa di skakmat oleh dirinya pun tak bisa berkata apa-apa, tapi ia juga ada benarnya, seorang perempuan yang tinggal sendiri di kota besar ini dan jauh dari pengawasan orangtuannya. Kurang bukti apa yang menjadikannya sebagai seorang dewasa, tetap saja....

"Oke, mari kita hentikan pembicaraan ini, pembicaraan ini membuat diriku tidak nyaman. Bisakah kita membicarakan sesuatu yang lebih menyenangkan, ada topik menarik?" pertanyaan membuat pemikiranku buyar kembali, tapi setidaknya ia menawarkan sesuatu yang tidak mengawatirkan dirinya

"Hmmm....."

"Hey bagaimana kalo kita pergi ke Internet Cafe dekat sini?, aku sudah lama sekali ingin ke sana, tapi karena aku tak mempunyai teman untuk diajak kesana, ditambah aku juga tidak ahli dalam bermain game, jadi itu yang mengurung diriku untuk melakukannya."

"Ya sudah kalau begitu." aku mengiyakan permintaanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun