Mohon tunggu...
Max Havellar
Max Havellar Mohon Tunggu... profesional -

senang jalan-jalan. kadang suka diam di rumah. kadang juga senang makan meski kadang kehilangan selera. kadang begitu bersemangat terkadang patah arang.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rambutan Merah Ranum di Panti Sosial Tresna

15 September 2011   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan-jalan menuju arah Blok M, naik Metromini 72 berbangku plastik keras, melewati jalan raya Pondok Indah, begitu cukup menyejukkan dan menyenangkan. Dari arah Lebak Bulus Metromini melaju, tidak kencang bahkan lambat merayap, dijalanan depan Plaza III Pondok Indah yang memang agak macet karena perempatan jalan di depan selalu dipenuhi kendaraan menunggu lampu hijau menyala. Pohon petai cina besar terhampar di bidang ruang sebelah kiri jalanan, jumlahnya cukup banyak dan cukup pula menyejukkan hawa panas di perjalanan pulang.

Bus terus menyusuri jalanan raya Pondok Indah. Di pintu belakang si Kenek terus saja berteriak menyebut nama Blok M, memanggil-manggil nama kawasan di Jakarta Selatan itu, terus saja dia berteriak mencari penumpang. Di pintu depan, anak muda bergaya punk menyanyikan lagu salah satu band ternama Indonesia. Seingatku lagu yang dikarang pentolan grup band Dewa Ahmad Dhani. Lagu yang kini sering dinyanyikan Dhani bersama anak-anak The Rock Indonesia. Gaya rambut anak muda inipun mengingatkanku pada drumer the Rock itu. Juga mirip gaya rambut Gogon pelawak Akademi Srimulat. Kepala plontos menyisakan jambul di ubun-ubun dengan dandanan ala metalnya. Gaya membawakan gitar anak muda inipun mirip sekali dengan gaya gitaris grup band binaan suami Maia itu, memetik gitar dengan lincah mendendangkan lagu merdu, hampir semerdu suara Dhani saat menyanyikan lagu aslinya, hanya beda dikit di cengkok. Meski demikian tak dapatlah dandanan anak muda ini disamakan begitu saja dengan para personel the Rock. Punggawa the Rock akan selalu nampak berpakaian rapi meski image yang diambil gaya punk dengan perpaduan harajuku. Gaya anak muda ini nyaris seratus persen memang gaya anak punk yang terkenal dengan filosofi pemberontakan budaya mapan, yang mungkin tidak ada ruang pada yang namanya kerapian, karena memiliki standar sendiri. Anak punk banget, plus sopan saat mengulurkan kantung plastik pada para penumpang, berharap ada uang gopekan yang mampir ke dalam kantung tersebut, semakin membuat aku kagum dengan jalan hidup yang mereka tempuh. Anak muda itupun kemudian menghilang melalui pintu belakang.

Laju Metromini kembali tersendat di putaran sebelum Mal Pondok Indah, jauh…jauh sebelum bundaran yang dipenuhi pohon mahoni yang besar-besar itu, laju metromini benar-benar berhenti beberapa saat menunggu antrian ganti arus kendaraan dari empat arah yang disatukan bundaran tersebut. Dari berhenti, bis warna merah ini melaju sedikit demi sedikit melintasi palem-palem di tengah dan tepian jalan raya di depan Plaza II kemudian Plaza I Pondok Indah, serta perumahan elit kawasan ini. Sebagian besar pohon ini baru di tanam, daunnya belum juga menghijau, batangnyapun masih diikat tambang dari tiga arah. Benar-benar baru ditanam, sebaru pembangunan jalan khusus busway yang belum selesai dikerjakan secara penuh itu.

Melewati bundaran penuh pohon mahoni itu, Metromini melaju di jalanan antara rumah-rumah mewah orang-orang Pondok Indah yang terkenal kaya-kaya itu. Rata-rata rumah di daerah ini berukuran besar, dan sangat begitu besar bagi orang sepertiku yang biasa hidup di sepetak ruangan saja. Kebanyakan menggunakan ornamen dan struktur rumah Barat.

Melewati jembatan penyebrangan Mal Pondok Indah, belok ke kanan menuju Radio Dalam udara bertambah semakin panas. Jalanan semakin naik sebelum belok ke kiri arah Radio Dalam. Satu hal yang membuatku agak terpesona, dan itu merupakan pemandangan satu-satunya di tempat itu yang menurutku paling memukau. Pohon rambutan dengan sedikit cabang di halaman Panti Sosial Tresna. Dari tempat aku memandang, hanya nampak buah kemerahan. Ranum dan segar sepertinya. Membangkitkan gairah untuk makan buah kesukaanku itu, buah rambutan. Pohon ini terlihat agak jauh dari jalan, memang letaknya ada di dalam, di ujung halaman kosong mepet bangunan. Kepalaku menoleh terus ke belakang, dan kemudian akhirnya harus kupalingkan kembali meninggalkan pemandangan itu jauh mengikuti alur metromini berjalan, agar kepalaku tidak kelamaan menoleh pada buah yang menjadi kegemaran.

Sehabis tontonan menarik itu, pemandangan menjemukan kembali kupandang. Pohon-pohon berganti rumah-rumah dan pertokoan di sepanjang jalan. Sampai di kawasan UHAMKA, wajah-wajah pohon mahoni kembali hadir, teduh dan nampak nyaman terasa dipandang. Kupejamkan mata sesaat, akupun tertidur di perjalanan. Sebelum mataku tertutup rapat, masih saja rona pohon rambutan membayang, Dan sepertinya juga terus membayang.

Metromini belok ke kiri kemudian ke kanan, melewati Rumah Sakit Pusat Pertamina, tempat Soeharto terakhir dirawat sebelum berpulang ke haribaan Tuhan yang Maha Kasih. Berhenti sebentar di lampu merah, si kenek mengumpat, keras memekakkan telinga. Metromini lain rupanya menyerobot dari belakang dan memotong jalan metromini yang aku tumpangi. Melaju kencang melewati gelanggang olah raga, metromini kembali terhenti di lampu merah persimpangan samping kiri Kejaksaan Agung. Panas…udara di bis terasa pengab. Penjual air minum dan tisu silih ganti naik ke bis. Menawarkan barang dagangannya pada penumpang yang mungkin kehausan atau juga memerlukan tisu untuk mengusap peluh di wajah.

Metromini kembali melaju, semakin kencang, sopirnya semakin ngebut, ke kanan arah terminal Blok M. Di sepanjang jalan depan kejaksaan pohon-pohon mulai menghiasi, sedikit meneduhi wajah-wajah kami yang melewati jalan itu. Di tikungan akhir sebelum terminal, taman Martha Tiahau menyambut para penumpang, air mancur di tengah-tengahnya mengucur deras, menambah suasana sejuk di sana. Aku hanya memandangnya. Menuju terminal bersama Metromini yang kutumpangi. Aku baru turun di depan jalan masuk pertokoan terminal Blok M. Masuk ke kawasan pertokoan aku masih saja teringat rambutan merah ranum tadi. Kapan pohon-pohon rambutan merah ranum mengisi tepian jalanan raya kota Jakarta. Akan nampak lebih indah dan bermanfaat sepertinya. Dan aku teringat pula tentang rencana kegiatanPangan Untuk Semua (PUS) bersama kawan-kawan yang kini terbengkalai. Pangan untuk semua. Rambutan merah ranum untuk semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun