Mohon tunggu...
Murti Ayu Wijayanti
Murti Ayu Wijayanti Mohon Tunggu... Dosen - l

A mother and educator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tiap Kita Punya Cerita

5 Oktober 2021   11:48 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:02 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terlepas apapun tipe dospemnya, tidak perlu ada rasa cemburu. Tidak perlu ada klub baper-baper. Kita tidak pernah tahu, bisa jadi yang mendapatkan dosen yang baik ini bangun pukul 01.00 dini hari untuk menulis skripsi karena dospemnya selalu minta update an. Kemudian bisa jadi ia akan mendapatkan dosen penguji yang membuatnya menangis

Berikutnya, yang memiliki dospem sosialita, siapa tahu ujiannya lancar jaya, mendapatkan dosen penguji yang baik, adem macam ubin  masjid.

Jadi apa yang bisa dilakukan mahasiswa?

Tentunya kita sudah mendengar banyak kisah, baik kisah sedih maupun bahagia mengenai pejuang skripsi. Ada yang kabarnya mahasiswa yang sangat pintar, IPK aman, tidak tersentuh kaum nilai C selama hidupnya, tetapi dia gagal ketika bimbingan. Saat bimbingan, saking pintarnya, masukan dari dospem dianggap angin lalu. Ketika dospem bertanya mana perbaikannya, mahasiswa ini akan banyak berkilah. Yang terjadi bisa ditebak. Mungkin dospemnya merasa malas mengarahkannya. Akibatnya,  bimbingan menjadi tersendat.

Ada juga yang mendapatkan dosen dengan gaya bicara halus tetapi nyelekit. Dan ternyata mahasiswa pintar ini tidak pernah mendapatkan kalimat nyelekit seumur hidupnya kemudian merasa sakit hati. Berikutnya dia merasa tidak berguna dan tidak mau bimbingan.

Ada juga kisah pejuang skripsi yang biasa-biasa saja tingkat kepandaiannya. Namun, ia rajin sekali. Masukan dari dospemnya didengarkan dengan baik kemudian bersegera memperbaikinya. Kisah ini tentunya berakhir dengan bahagia.

Siapapun dospemnya, apapun level kognisi mahasiswanya, tampaknya salah satu penentu kesuksesan mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya adalah resiliensi. 

Berasal dari kata dalam Bahasa Inggris resilience yang berarti daya pegas atau daya kenyal (Echols, J. & Shadily: 2003), resiliensi artinya suatu kemampuan seseorang untuk kembali tegak dan teguh berdiri setelah mengalami masa-masa sulit. 

Mahasiswa akan banyak mengalami ups and downs selama bimbingan skripsi. Tentunya pahit manis akan dirasakan. Mereka yang bisa bertahan dalam masa-masa downs atau di bawahlah yang akan membuat success story. Kalau kita termasuk yang suka baper, coba tanamkan dalam hati, bisa jadi dospem berucap tdak pakai hati, lah kenapa kita masukkan ke hati.

Berikutnya, sebagai mahasiswa perlu juga memahami bahwa dospem tidak hanya membimbing satu orang saja. Dia pastinya membimbing banyak mahasiswa. Dosen juga harus berjuang untuk mengajar banyak kelas, melakukan penelitian, pengabdian, dan menulis, seperti saya sekarang ini, eh.

Harapannya, dengan bekal empati dan resiliensi yang tinggi, mahasiswa tingkat akhir akan berakhir bahagia. Selesai skripsi dengan membanggakan. Tidak perlu cemburu dengan pencapaian mahasiswa lain yang mungkin hanya terlihat bahagianya, tetapi tidak kita saksikan  peluh dan tangisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun