Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Jalan Bidadari

23 September 2022   06:56 Diperbarui: 23 September 2022   07:02 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.jelajah-nusantara.com

"Yeay! Selamat pagi Bromo! " Aku berteriak lantang. Ayah dan ibu tersenyum di belakang melihatku bertingkah lucu. Tidak mengapa, sudah sangat lama aku menginginkan liburan ini bersama ayah dan ibu. Kuabaikan tatapan mata dan senyum geli dari pengunjung lainnya. Aku akan menghabiskan 3 hari di sini. 

***

Namaku Hana. Aku masih bersekolah di salah satu Sekolah Negeri Menengah Atas di Pondok Labu Jakarta Selatan. Otakku cukup encer, sehingga bisa masuk di salah satu sekolah negeri yang menurut orang favorit. Hanya saja, untuk aktifitas yang melibatkan fisik, aku tidak sekuat orang normal. Aku tidak bisa terlalu lelah, atau badanku bisa ambruk tiba-tiba dan berakhir dengan bermalam di rumah sakit. Ayah dan ibu mengurus toko grosir milik mereka di pasar tradisional untuk penuhi kebutuhanku.

Sudah sejak lama aku meminta pada orang tua untuk pergi berlibur bertiga. Namun sampai  saat ini belum terpenuhi. 

Untuk kesekian kalinya, aku dirawat dirumah sakit sejak 3 hari yang lalu. Saat aku sedang tiduran, ayah menghampiri dan berkata, jika aku bisa menjaga kondisi tubuh, ayah akan mempertimbangkan keinginanku untuk pergi berlibur bersama. Gunung Bromo menjadi pilihannya. Sudah sangat sering aku mendengar keindahan gunung itu dari cerita teman-temanku yang sudah pernah berkunjung ke sana. Selain itu, aku melihat dari internet juga. luar biasa. Tempat itu membangkitkan semangatku untuk secepatnya sembuh dan meminta pada ayah ibu agar membawaku ke sana. 

***

Hari pertama kuhabiskan dengan mengelilingi kawasan sekitar Gunung Bromo dengan menaiki mobil Jeep. Ayah berkali-kali membidikkan kamera di tangannya. Sesekali, beliau memotretku dan ibu yang sedang menikmati indah dan dinginnya tempat ini. Saking senangnya, aku tersenyum ke segala arah dan menyapa semua orang yang kulewati. Tempat ini luar biasa. Kalau bisa, aku ingin selamanya tinggal disini. 

Hari kedua lebih menyenangkan karena aku dan orang tuaku berkeliling untuk mencicipi kuliner di sekitar Gunung Bromo. Nasi aron, Sawut, kabut Bromo, kokak adalah makanan dan minuman yang kami cicipi. Tidak lupa kami membeli buah tangan untuk tetangga dan teman dekatku di sekolah. Pilihanku jatuh pada Abon Kluwih dan Keripik Kentang. Rasanya juara! 

Ayah mendaftarkan kami untuk mengikuti trip besok subuh. Besok adalah hari terakhir kami disini. Dan kami ingin melihat Golden Sunrise dari puncak Gunung Bromo. Tidak lengkap rasanya jika datang kemari tanpa melihat matahari terbit yang konon kata orang keindahannya seperti bukan berasal dari bumi. Besok, aku akan membuktikan sendiri, benarkah kata orang-orang itu.

Kami bangun jam 2 pagi di hari terakhir ini, dan bersiap dijemput. Kami tergabung dengan rombongan wisatawan lain yang juga ingin menyaksikan keindahan matahari terbit dari Gunung Bromo. Udara terasa dingin menusuk, dan membuatku agak kesulitan bernapas. 3 lapis baju hangat, jaket dan mantel berbahan anti air yang aku gunakan tidak bisa menghilangkan rasa dingin sepenuhnya. Tapi, pikiran tentang keindahan matahari terbit membuatku mengabaikan rasa dingin. 

Dan disinilah aku. berdiri diantara ayah dan ibu menatap ke satu titik di depan. Semburat langit berwarna keemasan mulai jelas seiring menit berlalu. Sampai pada puncaknya, cahaya keemasan itu berpusat pada satu titik yang megah. Warna emas yang terpancar, berbaur sangat serasi dengan kabut dan awan yang mengelilinginya. 

" Masya Allah.. Ayah ibu.. mataharinya bagus banget.. Hana suka liatnya... " ucapku lirih

Ayah dan ibu menengok ke arahku dan tersenyum. Tanpa sadar, aku menangis bahagia. Sungguh, ini pemandangan terindah yang alam semesta persembahkan untuk seorang manusia sepertiku. 

" Ayah.. Ibu.. Terima Kasih... "

***

Tiiiiiiiiiiiiiit....

Monitor EKG menunjukkan garis lurus. Seketika pecahlah tangis dari dua orang disisi tempat tidur gadis yang telah menghuni ruangan ICU selama 2 minggu terakhir itu.

" Hana.... ayah dan ibu iklas nak.. sekarang Hana sudah tidak sakit lagi.. Sekarang Hana sudah bisa pergi ke manapun Hana mau.. Tunggu kami di surga ya nak.. Lillahi .. Kami iklas nak..." Selamat jalan bidadi kami" wanita itu terisak. Disebelahnya, lelaki yang terlihat tegar itupun menyeka matanya.

Putri tunggal mereka telah pergi selama-lamanya setelah dari lahir menderita jantung bocor bawaan. Karena hal itu pula, Hana tidak bisa beraktifitas seperti orang normal pada umumnya. Hampir sebagian besar waktunya habis di rumah sakit. Namun, tekad dan semangat gadis itu luar biasa besar. Impiannya adalah untuk pergi ke tempat yang ingin ia kunjungi dengan orang tuanya. Gunung Bromo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun